Sunday, February 3, 2008

Puisi

Tugas Puisi Bahasa Indonesia

Nama : Ratu Rizkitasari Saraswati

Kelas : XII IPA 4

Puisi "Aku ingin"

Aku ingin merah semangka
Semburat di pipinya
Aku ingin hitam eboni
Kilau di rambutnya
Dia putri salju!
Kulitnya seputih salju yang kau injak hari ini
Indah tapi rapuh
Salju menjerit ketika kau injak
Seperti juga aku

Puisi Majas

Senyum adikku merekah seperti paying mejikuhibiniu
Tawa ayahku menggelegar seperti bom WTC
Tangis ibuku bak lukanya ditaburi garam
Senang, susah, sedih, runyam yang kami rasakan rasanya seperi makan permen di atas asinan Betawi

Puisi Bunyi

Tik, tik, tik, bunyi rintik hujan di depan kamarku
Tuk, tuk, tuk, suara air hujan yang jatuh ke atas batu
Tek, tek, tek, pertanda mie tek-tek langgananku tetap berjualan walau hujan menerjang
Tidak, tidak, tidak, begitu suara dikepalaku menolakan kehadirannya
Tokek.. tokek.. Dasar suara tokek sialan!
Menghamburkan perenungan dalam kesendirianku

Puisi Alam

Desiran ombak menderu di telingaku
Awan itu kini menghitam, tak lagi jadi sahabatku
Matahari sembunyi bersekongkol dengannya
Hanya burung walet yang temaniku di kala hiruk-pikuk ini
Ini badai, kawan!

Puisi Mimpi

Aku bermimpi bertemu nenekku lagi
Lama berselang setelah Tuhan merengkuhnya tepat disisi-Nya
Tempat itu bergelimang cahaya surgawi
Ia tersenyum seperti biasanya, hangat dan lembut
Pipinya semburat merah, tak seperti kali terakhirnya yang membiru
Ter, tes, tes, tak tersadar air mataku kembali menggenang
Seperti ketika kali terakhir itu, kali ia berada di dekapanku
Dingin dan kaku


Puisi Fantasi

Nenekku lapar hari itu
Kubilang makan saja tempe goreng

Tempe goreng enak buatan koki istana
Istana itu letaknya tepat di dapur Kami

Ada sekat di antaranya
Sekat itu berupa manusia yang bergelimpangan



Puisi Bebas

Dandelion itu

Ketika bunga dandelion itu begitu tua dan rapuh
Jangan kau sedih karena itu!
Dandelion itu akan terbangkan sendiri benih-benihnya
Masing-masing akan pergi ke segala penjuru bumi
Jangan kau tangisi kepergian mereka!
Karena saat itu kau seka matamu dari tangismu, tunas dandelion kecil menyembul dari tanah
Ketika itulah kau pungut satu tunas kecil yang berada tepat di bawah kakimu
Lalu kau pindahkan tunas hijau itu ke halamanmu
Tanpa kau sadari, ia akan jadi saksi perjalananmu
Tes, tes, tes setiap tangis yang menetes akan membuatnya tahu tentang ketegaran hatimu
Namun kini bunga dandelion itu sudah ringkih
Dan bersama dengan benih yang ia terbangkan akan terselip pelajaran tentang ketegaran

OBITUARI LAGI

SMA 68 kembali berduka. Telah kembali ke sisi-Nya Bapak Fransiskus Johanes D. Padmanaba, guru Agama Katolik.

Entah mengapa Saya merasa begitu sedih, padahal Saya bukanlah muridnya. Pak Padma yang saya tahu adalah orang yang baik. Sering tersenyum. Saya sering menyapanya, dan Beliau pasti menjawabnya sambil tersenyum. Beliau adalah orang yang berdedikasi tinggi, di umurnya yang telah mencapai kepala tujuh beliau masih tetap mengajar. Padahal orang lain seumur beliau pasti lebih memnilih untuk menghabiskan waktu di rumah dan menikmati masa tuanya.

Pak Padma yang saya tau adalah orang yang belakangan ini sering sekali melamun di depan balkon Laboratorium Kimia. Dan pada saat itu saya menyapa beliau. Siang Pak. Terakhir kali itu saya menyapa beliau ketika sedang terburu-buru, maka itu saya lupa bersalaman. Saya pikir, nanti juga ketemu lagi, salamannya entar aja. Dan ternyata itu tidak terjadi. Besok paginya Saya mendapati berita duka. Pak Padma meninggal karena asma. Dan seketika menangis. Menangis untuk orang baik itu. Orang yang belakangan suka melamun, entah apa yang dipikirkan. Mungkin Beliau sudah tahu waktunya akan datang.