Wednesday, December 28, 2011

Saya Cuma Begitu Menyukai Ini


Saya tidak tau awal mulanya, kenapa saya mulai menyukai kegiatan ini. Dulu awalnya mungkin karena kesepian tidak ada siapa-siapa waktu siang hari di rumah kakek saya. Yang ada hanya kertas-kertas dan juga alat-alat warna. Saya mulai menggambar.

Saya tidak tahu awalnya bagaimana, cuma waktu itu rasanya senang mengisi waktu, punya suatu bidang putih yang bisa dikuasai sesuka hati. Bisa membikin apa saja yang saya mau, lagi pula mereka juga tidak ada yang ambil pusing saya mau ngapain siang-siang. Anak TK ya, palingan diam saja di ruang TV sambil gambar-gambar. Lalu biasanya saya buat gambar-gambar itu banyak, untuk dibagikan kepada teman-teman. Saya juga tidak tahu gambar-gambar itu untuk apa. Saya pikir, itulah satu-satunya kemahiran yang saya punya. Jika mahir itu disini adalah sebuah standar yang diterapkan oleh saya sendiri. Orang lain boleh lebih mahir, tapi standar mahir saya adalah ketika itu cukup membahagiakan diri saya sendiri. Lagi pula siapa juga sih yang peduli dengan kebahagiaan saya, selain diri ini sendiri?

Saya tidak pernah menyukai apapun lebih dari itu. Saya sangat menikmati saat-saat sendiri dan tak ada orang lain, sehingga saya bisa berteman dengan kertas itu. Mulai membuat gambaran tentang apa yang saya pikirkan. Begitu mudahnya dunia saat itu, semua masalah saya bisa dibagi dengan selembar kertas.

Saya menggambar di masa sekolah yang berat. Mereka begitu bising mengolok-olok apapun sebisa mereka, yang bisa bikin kuping bahkan ingin dipotong saja. Tapi ya... toh saya bisa pura-pura tidak dengar. Saya menggambar terus. Terus-terus biarlah, lagipula tidak ada juga yang peduli akan kebahagiaan orang lain.

Sampai sekarang pun begitu, membuat sesuatu yang dengan sombongnya disebut 'Seni' amat membahagiakan bagi saya, saya tidak tahu lagi cara lain yang bisa membahagiakan saya. Saya pikir cuma diri kita sendiri yang bisa menyelesaikan masalah yang ada, dan kertas itu adalah teman yang setia.

Tidak cuma kertas, tapi kini bisa apa saja, yang penting disana kita boleh bebas melakukan sesuatu atas nama diri kita dan apa itu namanya? Seni?

Saya pikir tidak ada gunanya lagi meratapi. Lebih baik dilakukan dengan sepenuh hati. Lagi pula itu kan yang kita cari dalam hidup. Bahagia.


Dan jangan biarkan mahluk apapun sekutu setan maupun senaif peri sebersih malaikat menghalangi dirimu untuk tidak menjadi bahagia atas waktu yang diberikan Tuhan pada-Mu. Dan atas kesungguhan yang coba Kau berikan atas apa yang Kau kerjakan.

Sunday, October 23, 2011

Kesetaraan Dalam Berbuat Buruk

Jika mereka bisa berbuat buruk tanpa alasan
Tak perlu disangkut-sangkutkan dengan jenis kelamin.

Jika mereka menganggap kita tidak pantas melakukan hal yang sama
Tak perlu disangkut-sangkutkan dengan moral

Jika mereka merasa kita lebih baik memasak dan menjahit
Mengapa kalian tidak pergi saja mencangkul dan membajak

Tidak ada makan siang hari ini
Dan seterusnya!

Kami mogok masak.
Biar kalian mati kelaparan.

Monday, October 3, 2011

Rubah

Ada sebuah artikel di majalah Bobo yang masih saya ingat hingga sekarang. Tentang kata dasar dan imbuhan. Perubahan itu kata kerja dasarnya adalah 'ubah', bukan 'rubah'. Rubah adalah binatang bukan? Ada sebuah gambar ilustrasi lucu di halaman itu.

Kali pertama pergi ke Galeri adalah ketika kecil ketika saya dan keluarga hendak makan sarapan (not-so-called-sarapan, brunch mungkin) di daerah Menteng. Ada sebuah tempat makan enak di depan rumah sakit bersalin YPK. Di dekat Theresia ada sebuah galeri, namanya Balai Budaya (ini baru tahu namanya sekitar 2 tahun lalu ketika baca majalah Art). Ada pameran lukisan. Takzim saya melihatnya, ternyata menggambar (waktu kecil saya tidak tahu kata 'melukis') bisa jadi bagus.

Galeri adalah tempat yang menyenangkan. Terbuka bagi siapa saja yang mau masuk, bahkan keluarga seperti kami yang cuma tidak sengaja lewat.

After all, I still got the same feeling.

Waktu pertama kali menginjak galeri lagi ketika pertama kali masuk kuliah. Galeri Soemardja. Waktu itu lantainya belum seperti sekarang. Masih tegel, bukan parket. Namun ada tata cahaya menyorot ke arah karya-karya itu. Rasanya seperti pengalaman magis. Lebih-lebih sekarang lantainya sudah jadi parket. Dinding putihnya nampak bagus dengan itu.

Kala pergi ke Galeri Nasional, langit-langitnya amat tinggi. Karya-karyanya nampak lebih hebat jadinya. Rasanya seperti pengalaman yang patut diingat. Pembukaan pameran yang sangat ramai. Orang-orang nampak saling mengenal satu sama lain. Membicarakan apa saja. Bahkan mungkin berbicara buruk.

Esokan harinya bisa dipastikan galeri lengang, mana ada keluarga yang bertandang kesana. Galeri itu tempat elit, comrades!

Kembali ke kamar kosan.

Semuanya nampak berbeda 3 tahun (masuk tahun ke-4) yang lalu. Banyak barang-barang berserakan. Bacaan-bacaan yang mungkin dulu saya tak pernah pikirkan untuk dibaca. Kertas-kertas yang dulu saya anggap terlalu fancy untuk dimiliki. Bahan-bahan yang mungkin terlalu aneh untuk anda temukan di kamar seorang gadis. Polyurethan?

I'm eager to know everything.

I don't even know myself anymore.

Sunday, August 21, 2011

Pemakaman

Suatu hal penting ketika datang ke sebuah pemakaman. Tinggalkanlah prasangka Anda. Mungkin seseorang yang telah pergi itu adalah orang yang berbeda dari yang Anda kenal. Beliau yang Anda kenal mungkin kawan karib yang sangat baik, tapi mungkin saja salah satu dari yang hadir adalalah orang yang sakit hati atas perilaku buruknya dan menertawakan dalam diam atas kematiannya.

Mungkin beliau yang Anda kenal adalah orang yang ada di dalam surat kabar atas tindak-tanduk tidak terpujinya, namun ia adalah kakak terkasih bagi adik-adiknya. Beliau yang di surat kabar dicaci-maki dihina atas kesalahan bagi seluruh kelompok masyarakat adalah orang yang sangat murah hati bagi orang lain, orang yang ramah dan terbuka bagi orang sekelilingnya.

Jika bahkan anda tidak mengenal almarhum yang sedang dikebumikan, mungkin ini adalah good deed yang Anda lakukan hari ini untuk memaknai hidup Anda sendiri. Wondering, that day, there'll be a stranger who will attend your funeral and pray for your eternal silence.

Thursday, July 28, 2011

Doa Menjelang Subuh

Ya Allah
Jangan jadikan aku orang yang kufur nikmat
Yang tak ingat engkau saat senang

Ya Allah
Jangan jadikan aku orang yang kufur nikmat
Yang mengeluh atas apa yang tidak didapat

Ya Allah
Jangan jadikan aku orang yang kufur nikmat
Yang hartanya diperuntukkan untuk duniawi

Ya Allah
Jangan jadikan aku orang yang kufur nikmat
Yang tubuhnya tak ingat janji api kekal

Ya Allah
Jangan jadikan aku orang yang kufur nikmat
Yang lupa tangis ketakutan saat Asma-Mu dilafal

Saturday, May 21, 2011


watercolor on paper

So Long, Farewell





Kami sudah banyak berbagi cerita. Di bawah atapnya, saya menggoreskan kuas untuk pertama kali. Di bawah atapnya saya menunggu eyang kung pulang kerja serta membawa dunkin donuts selusin masing-masing boleh ambil dua buah. Di bawah atapnya eyang mia menceritakan dongeng-dongeng sebelum tidur.

Pada teralisnya ada jejak tangan saya, bahkan garukan di punggung ketika gatal sepulang sekolah taman kanak-kanak. Pada meja makan itu dahulu terhidang makanan apapun favorit dari masing-masing. Pada setiap dindingnya ada foto-foto kami. Di tangganya pernah saya melompat dari anak tangga ke empat dan merasa itu adalah pencapaian hidup terbaik. Pada kolam ikannya si adik pernah pipis sembarangan sebangun tidurnya.

Di dapurnya dulu seratus rantang bisa terisi. Berloyang-loyang bolu bisa dibikin. Dua kali dalam setahun hiruk-pikuk opor dan ketupat yang harus dibikin sendiri. Kecoa kecil suka bersembunyi di balik botol-botol bumbu. Di tempat cuci pakaian saya memandikan sepupu kecil ketika tubuhnya bahkan masih bisa masuk di dalam ember. Di tempat jemuran atas, saya sering melamun sambil kaki kepanasan.

Di tamannya ada kembang sepatu yang sudah hidup dari saya kecil dan mencabutinya setiap ada yang berbunga. Ada pohon petai cina yang suka dimasak, juga belimbing wuluh ya? Ada kuburan kucing kami yang tidak sengaja terlindas di garasi.

Di ruang tamu itu biasanya kami semua duduk berbicara. Di ruang tamu itu jasad eyang mia terakhir kali bersinggah diiringi isak tangis silih berganti.

Dan ia tidak ada di rumah. Dan rumah itu kini pun hilang bersama dengan ia. Kosong dipindahkan. Disinggahi orang lain.

Semoga semua yang dikorbankan sepadan.



There's a sad sort of clanging
From the clock in the hall
And the bells in the steeple too,
And up in the nurs'ry an absurd little bird
Is popping out to say "coocoo".

Regretfully they tell us,
But firmly they compel us
To say goodbye to you.

So long, farewell, Auf wiedersehen, good night,
I hate to go and leave this pretty sight.
So long, farewell, Auf wiedersehen, adieu,
Adieu, adieu, to yieu and yieu and yieu.

So long, farewell, Au'voir, auf wiedersehen,
I'd like to stay and taste my first champagne
So long, farewell, Auf wiedersehen, goodbye,
I leave and heave a sigh and say goodbye,
Good bye

I'm glad to go,
I cannot tell a lie.
I flit, I float,
I fleetly flee, I fly.

The sun has gone to bed and so must I
So long, farewell, auf wiedersehen, goodbye,
Goodbye,
Goodbye,
Goodbye!

--So Long Farewell, The Sound of Music




Persyaratan Berujung

coklat menggunung

derapan langkah memburu

kelibatan

pakaian yang belum disetrika karena baru kering dan harus pakai yang ini

tidak boleh yang lain

tidak boleh yang rendanya warna tosca

tidak boleh yang lipatannya berjumlah ganjil

tidak boleh yang kancingnya sekarat mau copot

Dan ia ternyata tidak di rumah

Sunday, April 10, 2011

Off With Your Head!

Kepala-kepala berbicara

Kepala satu

Kepala dua

Kepala seribu

Hanya kepala tanpa badan, tanpa raga.

Mau dipenggal tak ada juntrung

Baiknya ditiup sampai pecah seperti balon

DOR!

Wednesday, March 16, 2011

Dewasa

"But time makes bolder, children get older
I'm getting older too, well, I'm getting older too..."

Landslide by Dixie Chicks

Ya, sekarang kita sudah tidak berdiri untuk siapapun selain diri kita sendiri. Pakaian seragam itu telah berkali-kali berganti warna, hingga kini tak perlu dikenakan lagi. Kini kita telah berada di persimpangan jalan dan tak ada yang bisa membantu kita untuk memilih. Siapapun. Apapun.

Masa yang lalu telah saya lewati, banyak tangisan, banyak keringat. Namun sekarang itu rasanya bukan suatu masalah besar. Sepele sekali ya, Tuhan? Malu rasanya kala masa itu hanya memohon untuk bisa lolos dari perkara kecil pergaulan masa sekolah.

Dan kini kamu harus membangun sesuatu hal yang baru. Dengan tanggung jawab yang besar, atas namamu sendiri. Yang memalukan kau telan sendiri yang menyenangkan pula. Waktu ternyata telah berlalu begitu cepat seiring dengan tawa yang semakin sirna. Hidup bukan perkara hari ini, tapi juga besok, minggu depan, minggu nanti, bulan depan, bulan-bulanan, tahun- menahun dan mati. Entah dengan nama baik ataupun tidak.

Menjadi dewasa dengan banyak tanggung jawab, ya, semacam momok. Bisakah saya nanti menjadi seperti layaknya orang dewasa menangani hidupnya. Hidup. Kehidupan. Hidupnya?
Ketakutan itu harus dilewati seiring dengan ludah yang ditelan. Semakin banyak beban yang diemban, tetapi kakimu harus tetap melangkah. Banyak jiwa yang harus ditanggung, akankah dengan jalan yang ini? Saya membawa segenap bawaan saya ke arah ini? Kepercayaan itu selalu diberikan. Namun tidak ada kemungkinan berpaling, kan? Alamatnya ya disitu itu ya? Maka mesti lewat jalan yang ini? Atau tidak? Tidak tahu!

Banyak yang terjadi, banyak yang tidak terjadi, banyak yang dilakukan, banyak yang tidak dilakukan. Tapi yang terpenting adalah memaknai. Katakanlah kita manusia berkegiatan seumur hidup, lupa mati. Lupa kalau hidup itu perlu dimaknai. Hidup itu bukan untuk sendiri, mau bagaimanapun. Atas apa yang telah kami lakukan dan demi waktu yang telah terbuang. Disanalah saya akan memohon waktu untuk tidak kembali.

Tuesday, March 15, 2011

O Life

Yang mati tak lagi dirundung duka
Yang hidup tak tau mau apa

Tuhan tertawa diatas
Yang Maha Bijaksana

Thursday, March 3, 2011

Belajar Agamaku (series)


Belajar Agamaku (series)

#2 Shalatku Khusu

watercolor on paper

100 x 75 cm

2010-2011



Belajar Agamaku (series)

#5 Manasik Hajiku

watercolor on paper

100 x 75 cm

2010-2011

Saturday, February 26, 2011

The Ball Pool



I don’t want to finish it
Because I need this memory stays forever




watercolor in canson aquarelle paper

Monday, February 21, 2011

Monday, February 14, 2011

Kekuatan Super

Kala itu teman saya bertanya: Kalo mau punya kekuatan super, maunya kekuatan macem apaan?
Waktu itu saya jawab: Gak tau deh, kayaknya gw gak pengen punya kekuatan apa-apaan. Jadi manusia kayak gini juga udah cukup

Bertahun-tahun saya tidak mempunyai keinginan untuk memiliki sesuatu dengan benar-benar serius berkenaan dengan kebendaan, ipod, laptop, hp paling canggih saya tidak punya.

Tidak pernah minta hadiah ulang tahun.

Cuma sekarang saya ingin satu hal. Yang mungkin sulit dikabulkan oleh Tuhan sekalipun.

Saya ingin tidak ada penyakit yang mengganggu adik saya. Saya rasa itu sudah dikategorikan kekuatan super.

Bertahun-tahun saya mencoba melindunginya dari apapun yang ditakutinya. Entah pergaulan yang mengesalkan. Entah ketakutan-ketakutan lain di masa remajanya.
Tapi yang satu ini saya tidak bisa.

Mau bilang apa, yang merasakan bukan saya. Mau bilang sabar sampai suara hilang juga bukan berarti pelipur lara.

Tuesday, February 8, 2011

Lemon Tea Panas

Saya suka rasa lemon tea panas yang diminum di siang hari panas alakadarnya karena dispenser di rumah ini tidak menyediakan air dingin. Setidaknya ada rasa mint yang membantu. Kesannya jadi dingin.

Kesenangan semu itu bisa kita ciptakan sendiri bukan? Lagi pula ada banyak jalan menuju Roma. Sebenarnya bisa saja dengan sok cerdasnya saya mengemas air dalam plastik lalu membuat es batu. Tetapi rasanya begini lebih membantu. Lagi pula tak ada bahaya flu.

Itu namanya kompromi.
He he he