Menculik satu bintang
Mendobrak tembok koral
Menulisi nama itu di tepian karang, di bibir lautan, di ujung nun jauh, di tempat terakhir dia berdiri
Menangkap senandungnya di tengah keramaian
Mengingat senyum itu dalam kesembunyiannya
Ya, itu seperti berkah untuk saya
Kunang-kunang
Berpendar
Satu demi satu sinarnya hilang
Padam satu,
Padam dua,
Padam tiga,
Tidak ada yang bisa saya buat untuk mencegah.
Hingga pendaran yang terakhir padam.
Lalu saya baru sadar, hari sudah pagi.
Lucu.
La la la
Bersenandung sambil berjingkat kecil
Kaki telanjang menapak bumi dengan suka cita
Setiap sentuhan tanah menjalar, merambat, ke seluruh pembuluh, membawa sebuah pesan dari tanah yang terpijak
Saat mengerti, tertawa terbahak-bahak
Matanya menyipit
Melihatnya bahagia
Bolehkah saya turut?
Sudah lama saya tidak
Thursday, April 9, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)