Sunday, November 25, 2012

Perihal Berkata-kata

Call me conservative. Call me sensitive.
But, I can't stand hearing this mean words.
"Jijik"
"Sexy"
"Sakit"
"Idiot"
Penggunaan kata-kata diatas biasanya digunakan dengan nada dan ekspresi tertentu hingga bisa dikategorikan keji.

Kata-kata seperti itu seperti lumrah dikatakan sehari-hari.

Saya pernah meledak bahkan beberapa kali karena mendengar kata-kata seperti itu diumbar. Kata-kata bisa jadi hal yang sangat kuat, untuk meninggikan maupun merendahkan. Apapun jika tidak pada konteksnya, namun digunakan dengan intensi yang berkenaan untuk merendahkan, tidak bisa diberi kompromi. Tidak ada yang pantas menyebutkan kata-kata sejenis itu selayaknya mengatakan hal sepele.

Jijik. Seakan-akan ada hal yang sebegitu tercemar dan tercela, sampai membikin bergidik dan kepingin muntah.
Sexy. Sudah berarti berkenaan dengan hasrat seksual, yang berarti menujukan kepada subjek bahwa ia menimbulkan kemauan untuk berhubungan intim.
Sakit (jiwa). Pantas untuk dirawat, tidak sehat, terganggu kondisi mentalnya.
Idiot. Memiliki kekurangan yaitu keterbelakangan mental.
 

Kita ambil contoh yang terakhir. Bayangkan jika ada keluarga yang memiliki anggota dengan keterbelakangan mental, pantaskah Anda mengucapkan kata-kata itu sebagai kata sifat? Juga menjadikannya sebagai contoh dengan tujuan negatif. Kami (mungkin kata Kami disini bukan berarti seluruh orang di luar sana, hanya yang mau mendengar dengan seksama) sudah tahu bahwa orang dengan keterbelakangan mental  tidak memiliki kemampuan seperti orang pada normalnya, namun itu adalah sebuah kekurangan yang tidak diminta. Tuhan yang berikan cobaan itu, untuk keluarga dan orang sekitarnya.


"Filosofinya, semakin kurang beruntung nasib seorang anak karena penghasilan bapaknya rendah sekali, gizinya kurang, IQ-nya pas saja untuk tidak dikatakan idiot, masukkan dia ke sekolah unggulan tersebut. Karena itu negara yang bayar," kata Pak Wakil Gubernur.

"Saya bukan orang idiot lho, Pak. Walaupun saya tidak terlalu cerdas, saya juga tidak terlalu idiot. Daya ingat saya cukup baik. Makanya, saya tahu mana yang mainin saya. Di depan iya, iya, iya... di belakangnya mulai cari-cari celah. Saya langsung tahu," ucap Pak Wakil Gubernur.

Dear Mr. Deputy Governor, idiot is such a strong word.
Jika Anda peduli dengan kaum tak berpunya, jangan timbulkan anggapan bahwa mereka 'nyaris idiot'. Walaupun bawahan Anda memang bukan orang - orang yang bisa Anda percaya, lagi orang-orang tidak jujur dan serakah. Walaupun Anda tahu yang paling benar dan paling ideal menurut Anda (dan para pendukung Anda, serta konstitusi). 

Walaupun apapun, apa saja. 
Tolong hormati.

***

 “Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang. Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya
Buya Hamka 



Lain lagi kata-kata yang tidak secara jelas mengandung intensi negatif.
Bahkan kaya, kondisi berkecukupan pun bisa jadi tidak netral, seakan-akan jadi buruk.
 
 "Jika anak orang kaya punya Alphard, sekolah aja di Al Azhar, di SPH (Sekolah Pelita Harapan). Anak saya pun tidak boleh sekolah di MHT (Sekolah MH. Thamrin) karena MHT didirikan untuk anak-anak tidak mampu supaya mereka bisa mengubah nasib untuk masa yang akan datang. Jadi, jangan dibalik", begitu lagi kutipan dari video tersebut.

This one is really offensive to me. Keluarga saya, maupun keluarga teman-teman saya yang dulu sempat sekolah di Al-Azhar tidak sekaya yang Anda bayangkan. Keluarga saya berusaha keras agar anak-anaknya dapat pendidikan yang baik dengan landasan agama, jangan samakan sebagian siswa dengan seluruh siswa. Pars prototo tak manfaat. Terlebih Almarhum kakek saya memang sempat mengenal Buya Hamka, salah orang yang mendirikan perguruan itu dengan niatan baik. Jadi tolong hargailah sejarah.

Saya pun tidak bisa bilang bahwa sekolah Al-Azhar adalah sekolah yang sempurna. Tentu disana-sini banyak kekurangan, ya, saya tahu jelas, adik saya yang paling kecil  masih bersekolah (SMP) disana, banyak perilaku tidak mengenakkan dari pihak sekolah juga guru-guru. Namun toh saya tidak menyalahkan Al-Azhar sebagai perguruan, tetapi orang-orang yang bekerja di dalamnya.

Adapun menjadi orang kaya tidak sepenuhnya salah, Pak. Mungkin Anda lupa ada orang-orang kaya yang dermawan, yang uangnya tidak dipakai untuk dirinya sendiri dan keluarganya, tapi untuk umat, untuk orang lain yang memerlukan.

Saya mengerti, kita tidak bisa memuaskan semua orang, tapi kita bisa memilih-milih.
Anda adalah pemimpin yang saya hormati. Bijaklah memilih kata-kata Anda dalam berpendapat. 
Walaupun apapun, apa saja. 
Tolong hormati.

Jangan tambahkan lagi benih-benih kebencian di kota saya.