Tuesday, December 18, 2007

Menu Menu Menu

Hari itu Mama membuat pesanan lasagna Tante gw. Ternyata saus daging tomatnya itu masih tersisa banyak. Dengan cerdiknya Mama merebus Fussili, maksudnya agar saus tersebut tidak terbuang sia-sia. Malamnya tante Saya datang membawakan Fettucini carbonara. Lengkap sudah Pastaday bagi saya.

Lain hari, Mama membuat bihun goreng. Enak sekali lho.. Saya makan cukup banyak, tapi masih bersisa banyak untuk besok. Pagi esok harinya, Mama jalan pagi di Pulomas, sepulangnya Ia membawa mie goreng dan kwetiau goreng tanpa tahu di rumah masih ada bihun goreng. Akhirnya saya makan dengan tiga macam jenis Mie itu. What a noodle day!

Dan satu lagi, Mama itu bisa saja menggoreng 4 macam ikan dalam satu hari. Pernah juga Ia membuat 3 macam olahan tempe dalam satu hari. Tempe mendoan, tempe goreng tanpa tepung dan oseng-oseng tempe cabe ijo.

Bayangkan!

Saya ingat sekali waktu kecil dalam seminggu menu makanan saya bisa saja tidak ganti-ganti. Tempe + sayur bayam + kerupuk udang. Tahu kenapa? Karena Mama mengira saya doyan bukan main dengan menu itu, saking lahapnya saya makan. Hahaha.

Jadi sebenarnya salah siapa ya?

Perkenalkan : Pensil

Pensil adalah benda yang merupakan gabungan dari grafit dan kayu. Pensil bisa banyak berguna apabila Kita bisa menggunakannya dengan baik. Dalam hidup Saya saya mengenal pensil dengan dua sifat berbeda. Menyenangkan dan membosankan. Menyenangkan apabila dipakai untuk menggambar dan membosankan apabila dipakai untuk membulati kertas LJK. Kita semua sebagai manusia memiliki keputusan masing masing, apakah kita mau menggunakan pensil untuk kesenangan atau untuk tanggungjawab. Saya merasa hal itu kadang menjadi momok. Saya senang menggambar dengan pensil tapi Saya sangat bosan mengerjakan soal-soal dengan pensil. Namun saya merasa memiliki tanggung jawab untuk mengerjakan soal-soal tersebut.

Saya jauh lebih bahagia jika mengenal pensil sebagai alat yang bisa menciptakan gambar-gambar indah daripada harus memakainya untuk membulati LJK dengan hati-hati dan tidak boleh keluar lingkaran. Tapi mungkin pendapat Anda berbeda. Saya mengenal orang-orang yang lebih suka mengenal pensil untuk mengerjakan soal. Itu semua tergantung pada diri kita masing-masing.

Pada hakikatnya setiap manusia memiliki pilihan untuk menggunakan pensilnya. Bagaimana dengan Anda?

Ratatouille

Malam itu sambil menunggu result show Asian Idol (yang hasilnya ternyata sangat aneh), Saya, Lia, Raihan dan kedua asisten rumah tangga kami ( Mbak Atun dan Mbak Nunung) menonton fim Disney berjudul Ratatouille. Film yang lucu dan ringan mengisahkan tentang petualangan tikus Perancis yang pandai memasak. Namun bukan itu yang ingin Saya ceritakan. Bukan filmnya tapi tentang kebersamaan Kami yang menonton Film itu, betapa Kartun bisa jadi bahasa universal bagi semua orang.

Kami yang menonton berasal dari latar belakang yang berbeda. Ya.. Kami 3 bersaudara sebagai orang yang dibantu dan kedua asisten Kami sebagai orang yang membantu. Namun, Kami tertawa bersama. Walaupun Film itu berbahasa Inggris dan ada teks Bahasa Indonesia, sayangnya Raihan belum lancar membaca dan kedua asisten rumah tangga Kami tidak bisa membaca. Meskipun begitu, Kami masih bisa tertawa bersama, walaupun seringkali Saya dan Lia menjelaskan duduk perkara cerita. Terkadang Saya takut untuk tinggal jauh dari mereka, pasti akan sangat membosankan.

Monday, December 17, 2007

PAK ZEN

Pak Zen (Almarhum) adalah penjabat sementara di sekolah saya SMA 68. Masa jabatannya sebagai kepala sekolah hanya sebentar. Namun, budi baik Beliau akan selau diingat. Tak banyak yang tahu tentang jasa-jasa beliau di masa jabatannya yang singkat itu. Beberapa yang saya ketahui adalah perihal keran di Musholla dan pengadaan mobil sekolah. Waktu itu keran di musholla sekolah macet, airnya tidak mengalir sehingga kami agak kerepotan untuk mengambil air wudhu. Setelah satu bulanan, anak ROHIS pun angkat bicara ke Pak Zen perihal kesulitan Kami itu. Pak Zen langsung cepat tanggap di rombaknya instalasi dan diperbaharuinya keran di Musholla Kami. Belakangan setelah kepergiannya ke sisi Allah, Saya baru tahu kalau semua biaya yang dipakai untuk memperbaiki keran Musholla itu adalah uang Pak Zen sendiri.

Selanjutnya adalah mengenai mobil sekolah. Walaupun sekolah Saya termasuk sekolah unggulan di Jakarta namun entah mengapa sekolah Saya ini belum memiliki kendaran sendiri guna mangakomodasi kegiatan guru dan murid, mengetahui hal tersebut Pak Zen lalu mengusahakan pengadaan mobil sekolah pada rencana anggaran sekolah. Dan hasilnya sekarang sekolah Kami mempunyai mobil baru.

Beberapa kali Saya pernah mendengarkan Pak Zen berpidato, Beliau adalah orang yang tegas dalam menyampaikan pemikirannya, to the point. Dalam pidatonya terkadang beliau menyelipkan beberapa hadist ataupun ayat Al-Qur'an. Terkadang humor turut diselipkan juga.

Pagi itu Kami semua kaget. Berita di speaker sekolah yang bunyinya kresek-kresek itu sama sekali tidak ada yang menyangka. Pak Zen telah meninggal dunia (Saat itu memang sekolah Kami sudah mempunyai kepala sekolah tetap). Padahal 2 hari yang lalu Kami bertemu Beliau di acara Silaturahmi sehabis Lebaran. Beliau wafat di malam hari itu. Tepat hari Jum'at . Hari baik bagi umat Islam.

Belakangan Saya juga baru tahu, ternyata Pak Zen berasal dari daerah yang sama dengan Ayah saya. Banten.

Semoga Pak Zen diterima disisi-Nya dan amal jariyahnya terus mengalir seperti air di Musholla kami yang selalu penuh sesak ketika Jam sholat tiba. Amin.

LOVE STORY

Cerita cinta macam apakah yang akan saya paparkan?

Cerita cinta ini memang agak berbeda dari yang lain. Tokohnya pun dekat dengan kehidupan saya, yaitu adik Saya Lia dan seorang pemuda. Alkisah Lia yang merupakan gadis metropolitan bertemu dengan seorang pemuda tampan asal Pandeglang yang merupakan saudara jauuuuuuuuuuuhhhhhhhhhh Kami.

Ya betul, ini adalah kisah cinta dua dunia. Lia yang anak kota ini bertemu dengan pemuda dari desa. Pertemuan pertama mereka terjadi ketika Om Kami menikah, saat itu ada pertemuan keluarga. Dan Cowo itu ada disana, tiba-tiba saja berkata kepada adik saya,"Eh, ya'. Itu cowo cocok juga sama lo." Ternyata adik saya juga sudah memperhatikan pemuda itu dari tadi. Lucunya walau pun hal tersebut sudah lewat 1 tahun mereka berdua belum pernah saling menyapa satu sama lain. Mereka berdua pemalu. Yang lucu malah keluarga Kami yang jadi heboh. FYI, Lia dan cowok itu hanya bisa bertemu ketika Hari Raya tiba. Ya tentunya Idul Fitri dan Idul Adha, aneh juga kalo Isra' Miraj pulang kampung.

Saya sebenarnya masih bingung dengan cowok itu, sebenarnya dia itu tertarik atau tidak dengan adik Saya. Soalnya, Dia tidak pernah menyapa Kami, tapi kalau kata Tante Saya dia suka menanyakan Adik saya kalau Kami sudah tidak ada disana. Kalau menurut pandangan Saya sih, hubungan mereka ini tidak akan pernah berhasil. Terlalu beda dunia mereka. Yang satu terbiasa dengan hingar bingar Kota, yang satu lagi terbiasa dengan kesederhanaan di desa.


Momen Lebaran agaknya selalu ditunggu-tunggu oleh Kami berdua, sambil harap harap cemas Lia selalu menunggu cowok itu memulai pembicaraan. Semoga saja Lebaran Haji kali ini Pemuda itu akan memulai pembicaraan.

Saturday, December 15, 2007

Antara Avatar dan Pencak Silat

Avatar, ya, Avatar adalah cartoon series yang menceritakan tentang Aang yang merupakan titisan dari Avatar. Pencak silat adalah seni bela diri asli Indonesia. Apa hubungan dari kedua hal tersebut? Sebenar nya hal ni telah saya utarakan saan pidato bahasa Indonesia di kelas.

Begini ceritanya. Sehabis sholat Ied di Mesjid At-Tin TMII, ketika itu saya sedang melewati patung seorang murid pencak silat di samping gedung Padepokan Silat TMII, sayup-sayup terdengar celotehan seorang anak kecil yang bertanya kepada ayahnya, "Buat apa berlapar-lapar puasa?" Oh, maaf bukan itu maksud saya. Jayus. Ia bertanya seperti ini seraya menunjuk ke patung tadi , "Papa, itu Avatar ya?". Memang lucu, namun kalu dipikir-pikir memangnya sebegitu tidak tahunyakah generasi muda bangsa ini akan budaya bangsanya sendiri? Mungkin memang betul begitu adanya. Wajar jika Malaysia bisa dengan begitu mudahnya mengambil budaya kita. Karena kita sendiri tidak peduli. Memang perilaku negara yang katanya serumpun dengan kita itu tidak dapat dibenarkan, namun kita juga harus mulai introspeksi. Mengapa semua hal ini terjadi?

Hari Pahlawan?

Berikut adalah beberapa cuplikan kejadian yang membuat hati saya miris ketika Hari Pahlawan 2007. Tentunya tanggal 10 November.

Pagi itu saya berangkat dari Rawamangun ke tempat les menggambar di daerah Kalibata. Sesampai di Kalibata Raya perjalanan saya terhabat cukup lama dikarenakan iring-iringan RI-1 dan RI-2 yang begitu panjang. Mungkin saya menghabiskan waktu disitu hingga 30 menit. Lama sekali dan cukup membuat hati dongkol. Baru saya ingat bahwa Hari itu adalah tanggal10, maklum soalnya saya jarang lihat tanggalan. Setelah rombongan presiden dan wapres lewat, baru terlihat beberapa kakek-kakek veteran jalan tergopoh-gopoh, pastinya mereka semua baru saja apel bersama presiden di taman makam pahlawan. Begitu bangganya mereka mengenakan topi kuning dan seragam veteran itu. Walaupun tubuh tak lagi gagah, namun sosok pahlawan masih terlihat jelas bagi saya.

Kejadian itu agaknya cukup membuat saya berpikir bahwa Bangsa ini rupanya kurang menghargai keberadaan Veteran Perang. Begitu nikmatnya Presiden dan rombongannya duduk di dalam mobil mewah, sementara kakek2 Veteran yang lain hanya bisa berjalan kaki. Tidak ada fasilitas yang mempermudah para kake-kakek itu untuk mengikuti apel. Tidak ada transportasi. Tapi , mereka semua tetap antusias dengan diadakannya apel untuk menghormati jasa mereka dan mengenang kawan seperjuangan mereka yang telah lebih dulu menghadap Tuhan. Apakah kita antusias? Apakah kita ingat tanggal berapakah dirayakannya hari pahlawan? Saya yakin diantara kita masih ada yang lupa.

Apa yang bisa kita lakukan? Mungkin sangat klise apabila Saya berkata kepada Anda untuk melanjutkan perjuangan mereka, maka itu saya tidak akan mengutarakan hal tersebut. Sangat simpel, Saya hanya menyarankan Anda sekalian untuk berdo'a dengan khusu' ketika upacara bendera. Saya yakin diantara Anda sekalian pasti banyak yang menganggap bagian mengheningkan cipta itu hanyalah hal sepele. Namun, apabila kita bahkan tidak mau mendo'akan mereka, betapa tidak tahu terima kasihnya kita. Congkak sekali kita, bila kita merasa kalau semua yang kita dapatkan selama ini adalah dikarenakan kehebatan kita sendiri. Selain berdo'a mungkin kita bisa menyisihkan sedikit uang kita bagi Mereka yang kekurangan di hari senjanya.


Friday, December 14, 2007

My family is type B

Ya betul, golongan darah kami sekeluarga adalah B. Dan itulah salah satu alasan mengapa kami ini mudah sekali bosan akan sesuatu.

Mari kita mulai dari ayah saya. Ayah saya adalah seseorang mudah sekali tertarik akan sesuatu. Secara lebih tepatnya disini adalah SEMINAR, BUKU, dsb. Contohnya begini. Pada awal tahun 2007 ini beliau amat menggandrungi seminar atau pun kelas-kelas yang dibuka oleh Bapak Tung Desem Waringin. Nama yang sudah tidak asing lagi bukan? Saking beliau tergila2nya akan seminar itu, beliau tak sungkan untuk mempromosikannya terhadap teman maupun keluarga. Dan hal itu semakin memarah saat dia mengutarakan keinginannya untuk pergi ke Australi bersama teman2nya di kelas Pak Tung itu guna menghadiri seminar motivator yang lain. Tentunya hal tersebut langsung ditentang keras oleh saya dan ibu saya. Betul-betul hal yang tidak berguna pikir kami, memangnya kami ini orang yang kelebihan uang? Tak ada habis2nya kami berpikir, hingga akhirnya Papa pun mengesampingkan keingoinan sesaatnya itu. Nah, mulai pertengahan tahun Papa mulai beranjak ke komunitas lain, yaitu komunitas yang agaknya lebih religius dan ada unsur bisnisnya juga. Seperti waktu Tung Desem Era, Papa selalu saja membicarakan tentang komunitasnya itu, FYI komunitasnya itu adalah komunitas yang terinspirasi dari sebuah buku dan CD yang merupakan suatu gelombang yang bisa dikirimkan ke otak dalam bentuk lagu (baca: suara aneh). Pernah suatu hari Mama ikut ke acara kumpul-kumpul sama teman-temannya papa itu, namun sepertinya ada yang tidak beres (menurut saya dan Mama). Memang sih, ketika saya membuka website tentang kelompok itu, seperti ada sesuatu janggal. Lalu akhirnya saya dan mama memprovokasi papa tentang keburukan komunitas itu. Tapi papa yang sedang gandrung-gandrungnya, tentunya omongan kami ini tidak didengar. Tapi sudah bisa ditebak, setelah beberapa minggu berikutnya, beliau sudah tidak pernah membicarakannya lagi. BOSAN.


Selanjutnya adalah Ibu saya, ibu saya adalah ibu rumah tangga biasa. Biasa atau tidak ya? oh bukan, ibu saya Bukan Ibu Biasa (BIB). Berbeda dengan ayah saya, ketertarikan ibu saya lebih kepada hal kerajinan tangan ataupun masakan. Syahdan Mama saat itu sangat menyukai sulam menyulam. Sampai-sampai ia memborong buku-buku berbahasa JEPANG yang penerbitnya namanya ONDORI. Tak lupa untuk dipraktekan, Mama memborong berbagai jenis benang sulam, membeli kain untuk dijadikan taplak, dan menjahit beberapa baju untuk disulami. Tapi resultnya hanyalah SATU TAPLAK MEJA. FYI, itu baju-baju sampe sekarang belum disentuh sama sekali. Beralih ke peralatan masak. Dulu pernah Mama memaksakan kehendak untuk membeli panci amway yang katanya bisa membuat vitamin tetap ada pada sayuran yang telah masak. Dan sausar-saudara, panci itu mungkin hanya bertahan 1 minggu, alasannya mama sayang memakainya, karena takut asisten rumah tangga kami membaretinya ketika menyucinya (itu telah terjadi). Padahal harga seperangkat panci itu cukup merogoh tabungan. Fiuh, itu blum seberapa dengan pembelian segudang barang-barang lain yang katanya mau digunakan, nyatanya tidak. Baru-baru ini Mama membeli alat untuk membuat poffertjes, katanya sih mau sering-sering membuat poffertjes diakir pekan, nyatanya alat itu hanya dipakai SATU KALI. Pernah juga Mama membeli Juicer yang katanya beda dari yang lain. Tapi Juicer itu juga kini telah berakhir digudang. Mungkin Juicer itu telah berteman dengan panci Amway. Katanya buah-buahannya lagi mahal. Belum lagi rasa parnonya kalau barang itu akan rusak kalau jatuh ke tangan asisten rumah tangga Kami. Mama, mama...

Sekarang kita beralih ke adik perempuan saya Lia. Kalau Lia ini perangainya tipe B nya sangat kentara pada bidang ekstrakulikuler. Lia ini tidak pernah bertahan pada setiap Eskul yang diikutinya. Saya memperhatikannya dari SD. Mulai dari VOKAL, PIANO, DRAMA, JURNALISTIK. Tidak ada barang satupun yang diikuti hingga mahir. Waktu itu katanya mau serius belajar piano, tapi baru juga jalan 3 bulan ia sudah tidak tahan karena bosan.

Lanjut ke adik laki-laki saya, Raihan Kalu Raihan ini mirip dengan tipe Mama saya yang lapar mata.

SAYA? Kalau saya sepertinya mengalami sindrom Tipe B in dalam hal Musik. Tapi itu juag ga selalu. Saya masih belum bisa menemukan sisi Tipe B yang terparah di dalam diri saya. Lain kali kalau sudah ketemu pasti saya beritahu.

Tipe B, TIPE B. Mungkin kini nanti saya akan bosan menulis blog ini, semoga saja tidak.

I <3 EYANG MIA

Terlalu banyak memori indah yang gw lalui sama nenek gw. Gw menghabiskan masa kecil gw sama beliau. Nyokap bokap gw kerja, sepulang skul (TK) gw pulang ke rumah eyang. Gw nunggu ortu gw pulang kerja disana. Klo mau tidur, beliau selalu mendongeng buat gw. Yah seperti biasa Bawang merah bawang putih, ande-ande lumut, cinderella. Beliau sering ngajak gw ke pasar senen, dulu beliau punya catering jadi harus sering2 belanja. Selama di pasar gw selalu dijajanin kue bolu kukus dan jus sirsak yang praktis jadi kudapan favorit saras kecil. Klo ada mainan masak2an pasti gw dibeliin.

Eyang Mia, gw memanggilnya begitu. Kenapa? Karena waktu kecil gw sering mengikuti nyokap gw dg memanggil beliau Mami, karena susah jadi malah Mia. he. Eyang sangat sayang sama gw. Gw cucu pertamanya, pastinya jadi satu2nya yang bisa dimanjain. Beliau selalu membanggakan gw, setiap temen2nya main ke umah gw, gw selalu disuruh nyanyi. Setiap kali gw ulang tahun, beliau selalu menyempatkan diri untuk membuatkan kue ulang tahun buat gw.

Ketika SD gw mulai jarang kesana, karena skul gw di Bekasi (rumah eyang gw di Cempaka Putih). Tapi setiap Minggu pasti kesana. Mia, walaupun hanya punya sedikit uang selalu membelikan kado ulang tahun yang gw mau.. Beliau adalah nyokap kedua bagi gw. Terakhir kali gw sempat berbakti waktu beliau dirawat di RS akibat tumor otak. Gw suapin beliau waktu hari terakhirnya di kamar inap. Waktu gw mau pulang hari itu, gw stuck di lantai itu sampe 3 kali keluar masuk kamar Beliau. Mungkin itu pertanda buat gw. Besoknya nenek gw dioperasi. Dan beliau ga selamat.

Gw inget waktu gw pertama kali jenguk beliau di RS. Eyang nangis, waktu ditanya suster kenapa, beliau menjawab, "terharu ditengok cucu". Gw tau beliau bener2 sayang sama gw. Setiap pulang skul gw kesana dg berbekal uang 7000 buat naik bajaj. Setiap siang gw temenin beliau menghabiskan waktu.


Kita emang ga pernah tau kapan orang tersayang kita pergi. Jangan pernah nyia-nyiain waktu yang ada. Terkadang gw ga rela itu semua terjadi begitu cepat. Ga ada yang ngira eyang divonis penyakit seperti itu. Suatu hari gw pernah nangis semaleman gara2 ingat sama beliau, ingat semua kenangan indah kami. Pas tidur gw dimimpiin. Gw mimpi seakan2 nenek gw tidur disamping gw dan memakai kerudung biru. Dan di mimpi gw itu Eyang sempet bilang," Yang ikhlas ya, yas". Ayas adalah nama panggilan sayang beliau buat gw.

Hujan petir selalu mengingatkan gw sama Beliau, karena saat hujan petir biasanya beliau ada disamping gw untuk menenangkan gw seraya menyanyikan ninabobo.

I <3>


mengenang Hj. Lien Siswarin yang telah mengajarkan saya untuk membahagiakan orang lain