Friday, January 23, 2009

Mengkritik Dongeng

Setelah menelaah beberapa dongeng masa kecil, saya mendapati bahwa tidak semua dongeng memiliki nilai moral yang baik. Contohnya saja Jack dan Kacang Ajaib (Jack and the Beanstalk) dan Itik Buruk Rupa (The Ugly Duckling), keduanya merupakan dongeng H. C. Andersen. Kenapa begitu?


Jack dan Kacang Ajaib. Coba kita pikirkan, memang dia patut dimarahi oleh ibunya bukan? Anak bodoh mana yang mau menukarkan sapi dengan kacang? Ibunya sudah memberikannya amanah untuk menjual sapi untuk biaya hidup mereka. Jack malah tidak menurut kepada ibunya. Sapi satu-satunya yang mereka punya malah ditukarkan dengan kacang? Bodoh. Lalu Jack juga mencuri. Walaupun ia mencuri dari raksasa, tetap saja. Raksasa berhak marah. Kita tidak patut mencuri dari siapapun bukan? Dan lebih tidak bermoral lagi, Jack bahkan membunuh Raksasa malang itu diakhir cerita. Padahal tadinya, si Raksasa hidup dengan nyaman di istananya di atas awan sana. Tapi Jack lah yang merusak semuanya. Kita tidak sepantasnya mengusik kehidupan orang lain. Ya gak?


Itik Buruk Rupa. Cerita ini mengajarkan kita untuk menjadi pemimpi, bermimpi bahwa suatu hari nanti akan ada perubahan. Kalau sesuatu yang buruk bisa menjadi indah. Padahal daripada menjadi pemimpi, bukankah lebih baik kalau kita berusaha menerima diri kita apa adanya? Buat apa berubah menjadi cantik? Toh bukan berarti kita menjadi manusia (atau angsa dalam cerita ini) yang lebih baik bukan? Harusnya, kita berusaha untuk respect terhadap diri sendiri, daripada mengharapkan keajaiban.

Sunday, January 18, 2009

Gadis dan Benih Bunga

OK, akhirnya saya ngaku. Saya suka sekali membaca buku dongeng. Dari kecil. Kakek saya, selalu membelikan saya buku cerita baru setiap Kami bertandang ke toko buku. Dulu Kami suka ke Toko Buku Gunung Agung yang di Kwitang.. Itu loh, yang depan patung pak tani. Pernah waktu itu, kelas 3 SD, saya dapet ranking 1 di kelas, sampai-sampai Eyang Kung menghadiahi saya 5 buku cerita. :)

Setelah saya pikir-pikir, sepertinya memang saya suka membaca dongeng dan dongeng sedikit banyak memperngaruhi pola pikir saya. Bahkan, kalau disuruh menggambar saja, sekarang, mungkin yang saya gambar adalah si Alice, dari cerita Alice in Wonderland. Jadi, saya pikir-pikir bagaimana kalau mencoba bikin dongeng sendiri. Lagi pula saya memang terbiasa mengarang dongeng-dongeng baru untuk sepupu-sepupu kecil saya yang suka sekali menodong saya untuk bercerita. Mereka suka mengambil beberapa buku, random, waktu itu malah mereka meminta saya membaca cerita dari buku menjahit. Tentunya saya harus mengarang cerita dari gambar yang ada. Cukup tetntang latar belakangnya. OK, Jadi.... Begini ceritanya..


Gadis dan Benih Bunga

Di suatu negeri, hiduplah seorang gadis dengan ibunya. Ibunya adalah seorang penyayang tanaman. Di setiap harinya, si Ibu merawat tamannya dengan suka cita. Namun, seiring dengan waktu, si Ibu semakin tua dan akhirnya jatuh sakit. Si Gadis tak mampu merawat taman sekaligus merawat ibunya yang sakit. Akhirnya pekarangan dengan aneka bunga itu terbengkalai. Sampai-sampai, bunga-bunga indahnya mati lalu berganti menjadi tanaman beracun yang menjalar dimana-mana. Ibu si gadis yang tidak bisa bangun dari tempat tidurnya, setiap hari menanyakan keadaan tamannya, "Putriku, bagaimana kabar tamanku..? Apakah Hydrangeanya sudah mekar..? Apa warnanya..". Sang gadis pun menjadi sedih, dia hanya bisa berbohong, "Taman Ibu baik-baik saja, Bu. Hydrangea telah mekar, bunganya berwarna merah jambon, seperti pipimu.." Si gadis berkata sambil menangis, jelas sekali dia berbohong.. kini pipi ibunya sudah membiru. Takdir tak bisa terelakkan, di suatu hari yang kelabu, Ibunya meninggal. Saat di akhir ajalnya, Ibunya mewariskan 3 buah kantong kecil berisikan benih-benih. Kantong pertama terbuat dari satin berwarna lembayung, kantung kedua terbuat dari goni berwarna kekuningan dan kantung ketiga terbuat dari katun berwarna putih.

Ditengah kesedihannya. Si Gadis mengayunkan sekopnya, membabat habis semua tanaman menjalar yang penuh duri itu. Tangannya berdarah-darah. Ia hanya bisa mengerang kesakitan dan menangis. Ia mau mengubur ibunya di pekarangan itu. Ia ingin, ibunya bisa bersemayam di tempat yang paling dicintainya. Dengan isak tangis, ia menggotong sendiri jenazah ibunya. Lalu menguburnya.

Malamnya, ia bermimpi, sosok ibunya menghampirinya seraya berkata, "Putriku, tanamlah benih di dalam kantung satin tepat diatas pusaraku". Ketika terbangun, Gadis tadi melakukan hal yang diminta ibunya dalam mimpinya. Setiap hari, Ia menyirami benih itu. sambil bernyanyi:

Jika ini adalah bunga..
Maka ini adalah bunga tercantik yang pernah ada..
Secantik kebaikan hati ibuku..

Akhirnya, bunga pun tumbuh. Ternyata Violet! Violet dengan warna lembayung tumbuh disana dan wanginya semerbak di taman. Gadis itu pun senang. Setiap hari, ia menyiraminya dengan penuh kasih sayang, seperti yang dulu ibunya lakukan. Keesokan harinya, Negeri tersebut gempar, Pangeran semata wayang di negeri itu mengadakan pesta utuk mencari istri. Setiap gadis di negeri itu diundang, tak terkecuali. Setiap gadis di negeri itu besolek, menggunakan semua perhiasan yang mereka punya, mengggunakan gaun terindah yang mereka punya. Gadis itu tak memiliki gaun indah satupun, apalagi perhiasan? Ia hanya memiliki sepotong baju biasa, baju yang biasanya dia pakai untuk berkebun. "Aku bahkan tak punya apapun untuk menghias diriku ini.. Betapa menyedihkannya aku..", pikirnya. Namun seketika ia teringat kepada bunga violet itu. Lalu dipetiknya sekuntum, disematkan di telinganya.

Di pesta, ia hanya bisa berdiam dipinggir, gadis-gadis lain menertawakan penampilanya yang tidak menarik. Tapi, seketika harum violet menyebar ke seluruh ruangan. Setiap orang yang menciumnya menjadi bahagia. Sang pengeran pun begitu, hingga ia berkata, "Siapakah gadis yang kebaikan hatinya bahkan bisa tercium seharum ini?". Lalu sang pangeran melihat gadis itu dengan bunga violet di rambutnya. Gadis itu malu dan segera pergi, ia malu kalau harus tampil dengan baju berkebunnya itu.

Keesokan harinya, sang pangeran menitahkan pengawal-pengawal dan hulu balangnya untuk mencari rumah yang memiliki violet di tamannya. Cerita ini tak seindah yang kita bayangkan. Gadis-gadis tetangga tidak suka kalau gadis itu bersanding dengan pangeran. Tanpa sepengetahuan si gadis, mereka membabat habis violet miliknya. Sang gadis yang menemukan semua violetnya telah mati hanya bisa menangis. Ia menangisi kepergian violet-violet yang menjadi satu-satunya sahabatnya.

Malamnya, ia kembali bermimpi sosok ibunya menghampirinya seraya berkata, "Putriku, tanamlah benih di dalam kantung goni diatas pusaraku". Ketika terbangun, Gadis tadi melakukan hal yang diminta ibunya dalam mimpinya. Setiap hari, Ia menyirami benih itu. sambil bernyanyi:

Jika ini bunga..
Maka ini adalah bunga yang paling berguna untuk orang banyak..
Seperti halnya ibuku yang baik hati..

Bunga itu pun tumbuh. Ternyata bunga matahari! Kelopaknya berwarna kuning, seperti kantungnya. Bunga-bunga itu tumbuh tinggi menjulang. Hingga melebihi tinggi si gadis itu. Ia menyayangi bunga matahari itu, setiap hari ia menyiraminya dengan suka cita. Setiap ia melihat bunga itu, ia merasa bunga itu menghiburnya. Hingga suatu hari, negeri itu digemparkan dengan invasi hama binatang pengerat. Semua ladang diserangnya. Penduduk mulai ketakutan. Untungnya gadis ini cerdik, dikumpulkannya semua kwaci bunga mataharinya, hingga berkantung-kantung. Lalu diletakkanya semua kwaci itu di dekat ladang. Seluruh warga hanya bisa tertawa melihat perilakunya. Namun, tak disangka, semua binatang pengerat itu keluar dari ladang-ladang mereka berlaruan menyerbu kwaci dan memilih untuk memakan kwaci-kwaci itu. Warga pun langsung meringkus binatang-binatang itu. Sang pangeran ternyata ada ditengah-tengah keramaian itu, ia melihat kembali sosok gadis itu. Ia lalu berkata, "Siapakah gadis yang begitu cerdik hingga kecerdikannya bisa menyelamatkan kita semua?" Gadis itu pun kembali berlari karena begitu malunya ia di depan pujaan hatinya tersebut.

Keesokan harinya, sang pangeran menitahkan pengawal-pengawal dan hulu balangnya untuk mencari rumah yang memiliki bunga matahari di tamannya. Sekali lagi gadis-gadis tetangga tidak suka kalau gadis itu bersanding dengan pangeran. Tanpa sepengetahuan si gadis, mereka membabat habis bunga matahari miliknya. Sang gadis yang menemukan semua bunga mataharinya telah mati hanya bisa menangis. Ia menangisi kepergian keceriaan si bunga matahari.

Malamnya, ia kembali bermimpi sosok ibunya menghampirinya seraya berkata, "Putriku, tanamlah benih di dalam kantung katun diatas pusaraku". Ketika terbangun, Gadis tadi melakukan hal yang diminta ibunya dalam mimpinya. Setiap hari, Ia menyirami benih itu. sambil bernyanyi:

Jika ini bunga..
Maka ini adalah bunga yang penuh cinta kasih..
Dan juga menyampaikan cintaku untuk pujaanku..

Seperti halnya ibuku yang memiliki cinta kasih untuk sesama..


Bunga itu pun tumbuh. Ternyata dandelion! Kelopaknya berwarna putih, seperti kantungnya. Sayangnya dandelion memanglah bunga yang tak berumur panjang. Bunga-bunganya cepat layu dan berubah menjadi benih-benih terbang. Ternyata angin membawa benih-benih itu terbang melintasi negeri hingga sampai ke istana sang pangeran. Benih-benih itu bernyanyi:

"Ada seorang gadis yang hatinya cantik, otaknya cerdik dan penuh kasih sayang.. menunggumu.. Ikutilah kemana aku terbang dan kau akan menemukannya.."

Sang pangeran yang juga mencintai gadis itu pun segera mengambil kudanya, mengejar kemana benih itu terbang. Hingga benih itu kembali ke rumah si gadis. Sang Pangeran menemukan gadis tadi masih bernyanyi dengan suranya yang merdu sambil menyirami dandelionnya. Lalu ia langsung mengampiri gadis itu dan melamarnya. Gadis itupun menerimanya. Ada satu syaratnya untuk sang pangeran. Ia meminta sepetak kecil di pekarangan istana untuk ia bercocok tanam.

Moral cerita: Jadilah tetap sabar dan kuat walaupun kau sedang dirundung duka. Lakukan segala sesuatu dengan tulus agar bisa berguna untuk orang lain.

Saturday, January 17, 2009

Kalau Saja..

Kalau saja.. Pandora tidak membuka kotak petaka itu, mungkin saja kita, manusia, sekarang hidup dengan damai.

Kalau saja.. Urashimataro tidak membuka kotak pemberian dewi penguasa laut itu, mungkin dia akan tetap muda dan hidup, ketimbang menjadi renta dan berubah jadi abu tertiup angin.

Kalau saja.. si Putri duyung melupakan cinta pada pandangan pertamanya, si pangeran yang terdampar itu, dia tidak perlu menjual suaranya demi mendapatkan sepasang kaki. Dan berakhir menjadi buih di akhir cerita.

Kalau saja.. Arachne berubah menjadi congkak dan menantang Athena untuk bertanding menenun, dia tidak akan dikutuk menjadi laba-laba.

Kalau saja.. Yosaku tidak mengintip istrinya yang sedang menenun dan menemukan bahwa istrinya itu adalah seekor bangau, setidaknya, ia masih bisa hidup bahagia dan berkecukupan dengan istrinya yang berwujud wanita cantik..

Kalau saja.. Orpheus tidak menoleh ke belakang, seperti janjinya kepada Hades, ketika di perjalanan pulangnya dari alam baka untuk menjemput istrinya,Eurydice. Jika saja, ia masih percaya arwah istrinya masih ada tepat di belakangnya mengikutinya pulang ke alam dunia, ketimbang penasaran dan menoleh. Setidaknya, ia bisa kembali hidup bahagia sengan istrinya, ketimbang berakhir dengan kesedihan yang mendalam. Mati dan menjadi rasi bintang Lyra di angkasa.

Kalau saja.. Saya tidak perlu kenal dia, saya rasa semuanya akan baik-baik saja.
Hmm. namanya juga manusia, suka penasaran.

Thursday, January 15, 2009

Ulang Tahun!

Tanggal 6 Januari kemarin saya ulang tahun yang ke 19. Tua juga ya. Ada sebuah perayaan yang cukup ganas yang saya dapatkan dari teman-teman saya sesama TPB FSRD 2008. Malam itu (tanggal 5 Januari), saya sedang bekerja menyerut bambu di Selasar Singkong (tempat kami, anak-anak TPB bermain dan bekerja).

Malam itu Tim Artistik Olimpiade lagi banyak kerjaan, saya kedapetan tugas nyerutin bambu bareng si Aidil. Kami terlibat pembicaraan seru mengenai cerita rakyat Eropa Timur. Tentang Baba Yaga, penyihir tua yang selalu ada di setiap cerita-ceritanya. Lanjut ke dongeng Grimm sampe ke dongeng Andersen. Saya malah sempet ngedongengin dia cerita Andersen yang berjudul 'Teman Seperjalanan'. Sesekali tangan terluka akibat bambu yang terlalu tajam.

Lalu berlanjut ke telaah lebih jauh mengenai keseragaman beberapa cerita rakyat di dunia. Mengenai, mengapa anak bungsu selalu yang paling baik dan cantik? Mengapa kakak-kakanya selalu saja menjadi tokoh antagonis? Mengapa terdapat keseragaman antara cerita Cikcik si Burung Gereja, Kakek Penumbuh Bunga dan Bawang Merah Bawang Putih? Saya menemukan keseragaman ketika pada cerita-cerita itu pada bagian hadiah yang didapat bagi orang baik dan orang jahat. Ditiap cerita itu, setiap tokoh baik mendapatkan hadiah berupa emas yang tidak disangka-sangka dan tokoh jahat mendapatkan ganjaran berupa hadiah berisikan binatang-binatang berbisa. Selain itu juga ada kesamaan cerita antara Rumpelstiltskin dengan Si Timun Mas. Mengenai anak yang diminta mahluk halus karena suatu janji yang harus ditepati.

Pas lagi ngobrol-ngobrol saya melihat jam di HP saya, pukul 23.45. Lalu saya bilang ke Aidil, "Dil, ntar jam 12 teng bakal banyak yang SMS-in gw gak ya?". Kata Aidil, "Ya ampun, Tom, gak usah ditungguin kale". Lalu tiba-tiba si Dita datang mengajak saya menemani dia ke kamar mandi, kami berjalan ke arah lapangan parkir gedung PLN. Tanpa pikiran buruk saya terus berjalan bersamanya. Dan ternyata di tiang listrik dekat lapangan parkir ada teman saya si Ganjar (ulang tahunnya tanggal 5 Januari) lagi di iket di tiang listrik, lalu tiba-tiba saya disergap dan ikutan diiket juga di tiang listrik. Sementara Ganjar digiring ke kolam Indonesia Tenggelam a.k.a Plaza Widya a. k .a Plawid (letaknya tepat di tengah-tengah ITB) untuk diceburin, saya dikelitikin membabi-buta sama si Ghina dan Lingga, tanpa perlawanan. Tangan saya diikat, ingat?

Gak lama, mereka balik dan melepaskan tali yang mengikat tangan saya... Lalu serta merta menceburkan saya di kolam yang berwarna hijau penuh lumut dan bau pesing itu. Pukul 24.00,di Kota Bandung. Menggigil dan bau, cuma itu kata-kata yang bisa menggambarkanya. Tapi saya cukup senang. Mereka peduli dengan ulang tahun saya.. hehe. Makasih teman-teman TPB!

Thursday, January 1, 2009

Tahun 2009


Si Kayla, sepupu saya yang saya sangat sangat sayangi




WEW. Tahun baru.

ugh.
Malam tahun baru saya nggak ngapa-ngapain, cuma duduk di depan TV. Sambil ngerjain tugas perbaikan nirmana 2d. Gak ada yang istimewa. Makanannya pun biasa saja. Yang terhidang hanya bolu kering dari kampung ayah saya. Minumnya pun hanya es teh manis. Kami semua cuma nonton TV, menonton film-film malam tahun baru yang.. biasa banget.

Pas jam 12 teng. Diluar rumah saya sangat gaduh. Bunyi letupan kembang api saling bersahutan. Saya satu-satunya yang masih terjaga malam itu. Adik-adik saya, ibu dan ayah saya, dan kakek saya sudah tertidur semua. Saya berjingkat keluar tanpa sandal. Wah.. langit malam itu sangat terang. ramai. Merah, jingga, hijau. bergantian. Senangnya.

Tahun ini.. Saya dapat banyak sekali pelajaran berharga. Banyak yang udah Allah kasih buat saya. Kuliah di tempat yang saya inginkan, sahabat, kemandirian, dan bagaimana kita bisa deal dengan masalah yang ada. Tahun 2008 bikin saya tahu apa itu artinya repot, pusing, tanggung jawab, peduli sama orang lain. Tahun ini saya bersyukur sama apa yang telah saya dapat dan apa yang tidak saya dapatkan. Apa yang sempet diberikan dan diambil lagi. Alhamdulillah. 1 tahun yang banyak rintangan ini bisa saya lewati.

Tahun depan 2009 nanti, ada banyak banget hal yang mau saya capai. Mmm.. salah satunya masuk prodi yang saya inginkan, Seni Grafis. Amiin.

Tahun ini umur saya genap 19 tahun. Tanggal 6 nanti. WEW. Tua juga. Gak kebayang deh. Waktu saya kecil, saya berpikir kalau umur saya menginjak umur segini, akan ada perubahan secara fisik. Saya kira saya akan tumbuh besar dan tinggi, tampang saya bakalan lebih mature, berdandan ke kampus, seperti layaknya yang sinetron 'Terpikat' tampilkan saat itu. (Jihan Fahira kayaknya dandan banget waktu itu). Tapi nyatanya enggak. Saya cuma si Sartom yang kalau mau pergi kuliah cuma pake kaos, sama celana jeans yang mungkin udah seminggu belum dicuci. Berangkat kuliah gak lupa pake deodorant, tapi gak pake bedak.

Tahun ini.. Saya mau berenti ngegigit kuku. Kayaknya kebiasaan saya yang sudah mendarah daging ini udah cukup membuat kuku saya bentek-bentek gak karuan. Lagipula gak sehat juga klo ngegigit kuku yang terkadang belepotan tinta cina. Stop gigit kuku. Kayaknya ini udah saya tulis di resolusi tahun-tahun lalu.

Tahun 2007, saya punya resolusi untuk punya teman laki-laki dekat. rebek deh. Pendek kata, punya cowok. Tahun 2008 udah kesampean, tapi juga udah selesai. Tahun 2009, biasa aja deh.. Yang penting kuliah beres, masuk prodi impian, baru deh.. mm.. semoga dapet pacar yang mengerti apa kuliah saya, dan bisa ngebantu kuliah saya dengan masukan-masukan yang berguna. Bisa memberi dukungan moril.. Amiin.

Tahun ini, saya mau coba dispin sama diri saya, dalam masalah kebersihan kamar kosan. Kamar kosan saya, harus bersih. Seenggaknya, saya bisa hidup nyaman disana, tanpa kertas-kertas berserakan, tanpa semut-semut yang terkadang tergoda makanan saya yang tercecer di lantai. Seenggaknya, ibu saya gak perlu ngomel lagi kalo lagi nengok saya. Seenggaknya Ines, temen sesama TPB FSRD, gak bersin-bersin gara-gara alergi debunya kumat, ketika berkunjung ke kosan saya.

Tahun 2008 lalu, saya sempet ada diatas, lalu dihempas kebawah. Naik turun. Sempet seneng-seneng sampai lupa apapun, sempet sedih banget sampe harus bertumpu kepada teman-teman saya. Perlu dicamkan banget kayaknya buat saya, kalau Happiness is a warm gun, kayak lagu The Beatles. Jangan terlalu terlarut dalam kesenangan yang semu. Gak akan lagi, Tom.

Tahun ini, saya senang, karena orang tua saya selalu mendukung saya, apapun yang saya ingin lakukan. Tentang pilihan kuliah, tentang pilihan prodi. Mereka mencoba mengerti apa yang saya lakukan. Pernah suatu kali, saya kesel banget gara-gara gambar bentuk saya dapet jelek. Eh.. gak taunya sore harinya ayah saya sms. isinya: "Teh, tadi papa nanya sama guru ngaji Papa, ada doanya gak supaya bisa dimudahkan dalam menggambar.. ini ada amalannya ternyata.... dst". Ibu saya juga giat menelofon saya, setiap jam 11 malam, ngecek, saya udah sampe ke kosan atau belom, mengingat saya dan teman-teman saya suka pulang pagi disebabkan ada kerjaan wisudaan. Kalau lagi balik ke Jakarta, orang rumah saya pada menjamu saya dengan baik, mau makan apa juga dibeliin. :)

Adik sepupu saya yang umurnya baru 3 tahun, Kayla, kemarin sempet ke rumah. Terus dia bilang kayak gini, "Teteh kok lama banget cih di Bandung. Aku khan kangen. Emangnya disana ada capa aja cih?" Saya jawab, "Yah khan Teteh Ayas kuliah dek. Kalau di Bandung ya teteh sendirian.. Emangnya Adek mau nemenin?". Terus si Adek Kayla menjawab, "Aku cih mau.. Nanti aku temenin teteh sambil gambal pake cet ail". Kayla suka banget memperhatikan saya menggambar pake cat air. Dia suka nongkrongin saya. Kemaren juga dia sempet nodong saya gambar pake cet air. Tapi di rumah saya udah gak ada cat air, udah dibawa semua ke Bandung. Kalau dipikir-pikir saya emang jarang banget pulang ke Jakarta. Saya bahkan udah 3 bulan gak ketemu sama Kayla, pantesan aja dia kangen.


Tahun ini, saya mau semangat banget ngerjain apapun. Dan saya janji untuk sering pulang ke rumah, karena Kayla dan anggota keluarga saya yang lain menunggu saya pulang.


Selamat tahun baru semuanya, gak usah peduliin ramalan-ramalan di majalah ataupun yang ada di TV. Lakukan apapun yang terbaik. Jangan lupa untuk berterimakasih sama Tuhan, atas semua hal yang udah terjadi dan diberikan tahun lalu. Dan tahun ini, kita harus bangkit dari kegagalan yang lalu, memperbaiki kesalahan yang kemarin, belajar banyak hal.


Blackbird singing in the dead of night
Take these broken wings and learn to fly
All your life
You were only waiting for this moment to arise

Black bird singing in the dead of night
Take these sunken eyes and learn to see
all your life
you were only waiting for this moment to be free

Blackbird fly, Blackbird fly
Into the light of the dark black night.

Blackbird fly, Blackbird fly
Into the light of the dark black night.

Blackbird singing in the dead of night
Take these broken wings and learn to fly
All your life
You were only waiting for this moment to arise,oh
You were only waiting for this moment to arise, oh
You were only waiting for this moment to arise

-The Beatles, Blackbird