Kelopak tipis, berwarna merah pupus
Terbang menjelajah pelosok dunia
Dibawa angin timur melintas daratan
Dibawa angin barat melintas lautan
Perompak mengarungi samudera
Ke utara mencari suara
Ke selatan mencari hati buatan
Saat kelopak lelah dan angin enggan berhembus
Ia tergeletak di geladak milik perompak
Perompak lalu memungut kelopak merah pupus yang mulai lusuh
Ia terkaget-kaget
Bagaimana mungkin
Kelopak itu mengarungi lautan
Apa yang membawanya kemari?
Singgah di geladaknya
Ia pun menyimpannya di sakunya
Bulan berganti bulan
Setiap purnama, air pasang
Sang perompak kewalahan
Terkadang ia berpikir untuk menyerah kepada...
Apa ya?
Mungkin Neptunus?
Mungkin juga kekuatan lain?
Perompak juga tidak tahu persis
Kelopak tersimpan, terjebak dalam jubah kumuh berbau amis dan juga garam
Lama kelamaan
Perompak mulai lelah menjelajah
Kembalilah ia ke kotanya
Ia mencari lagi perempuan itu
Perempuan yang membuatnya memilih untuk pergi jauh
Namun yang ditemukannya hanyalah pusara dengan kelopak merah pupus berserakan
Sia-sia sudah perjalanannya mengarungi tujuh samudera
Namun tidak dengan kelopak
Ia kini tahu tujuan perjalanannya
Menyampaikan pesan lama yang belum diutarakan
Untung angin utara sempat membawa kapal perompak hingga ke peraduan
Dan kelopak kini kembali dengan saudarinya yang lain
Thursday, February 25, 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)