Jika mereka bisa berbuat buruk tanpa alasan
Tak perlu disangkut-sangkutkan dengan jenis kelamin.
Jika mereka menganggap kita tidak pantas melakukan hal yang sama
Tak perlu disangkut-sangkutkan dengan moral
Jika mereka merasa kita lebih baik memasak dan menjahit
Mengapa kalian tidak pergi saja mencangkul dan membajak
Tidak ada makan siang hari ini
Dan seterusnya!
Kami mogok masak.
Biar kalian mati kelaparan.
Sunday, October 23, 2011
Monday, October 3, 2011
Rubah
Ada sebuah artikel di majalah Bobo yang masih saya ingat hingga sekarang. Tentang kata dasar dan imbuhan. Perubahan itu kata kerja dasarnya adalah 'ubah', bukan 'rubah'. Rubah adalah binatang bukan? Ada sebuah gambar ilustrasi lucu di halaman itu.
Kali pertama pergi ke Galeri adalah ketika kecil ketika saya dan keluarga hendak makan sarapan (not-so-called-sarapan, brunch mungkin) di daerah Menteng. Ada sebuah tempat makan enak di depan rumah sakit bersalin YPK. Di dekat Theresia ada sebuah galeri, namanya Balai Budaya (ini baru tahu namanya sekitar 2 tahun lalu ketika baca majalah Art). Ada pameran lukisan. Takzim saya melihatnya, ternyata menggambar (waktu kecil saya tidak tahu kata 'melukis') bisa jadi bagus.
Galeri adalah tempat yang menyenangkan. Terbuka bagi siapa saja yang mau masuk, bahkan keluarga seperti kami yang cuma tidak sengaja lewat.
After all, I still got the same feeling.
Waktu pertama kali menginjak galeri lagi ketika pertama kali masuk kuliah. Galeri Soemardja. Waktu itu lantainya belum seperti sekarang. Masih tegel, bukan parket. Namun ada tata cahaya menyorot ke arah karya-karya itu. Rasanya seperti pengalaman magis. Lebih-lebih sekarang lantainya sudah jadi parket. Dinding putihnya nampak bagus dengan itu.
Kala pergi ke Galeri Nasional, langit-langitnya amat tinggi. Karya-karyanya nampak lebih hebat jadinya. Rasanya seperti pengalaman yang patut diingat. Pembukaan pameran yang sangat ramai. Orang-orang nampak saling mengenal satu sama lain. Membicarakan apa saja. Bahkan mungkin berbicara buruk.
Esokan harinya bisa dipastikan galeri lengang, mana ada keluarga yang bertandang kesana. Galeri itu tempat elit, comrades!
Kembali ke kamar kosan.
Semuanya nampak berbeda 3 tahun (masuk tahun ke-4) yang lalu. Banyak barang-barang berserakan. Bacaan-bacaan yang mungkin dulu saya tak pernah pikirkan untuk dibaca. Kertas-kertas yang dulu saya anggap terlalu fancy untuk dimiliki. Bahan-bahan yang mungkin terlalu aneh untuk anda temukan di kamar seorang gadis. Polyurethan?
I'm eager to know everything.
I don't even know myself anymore.
Kali pertama pergi ke Galeri adalah ketika kecil ketika saya dan keluarga hendak makan sarapan (not-so-called-sarapan, brunch mungkin) di daerah Menteng. Ada sebuah tempat makan enak di depan rumah sakit bersalin YPK. Di dekat Theresia ada sebuah galeri, namanya Balai Budaya (ini baru tahu namanya sekitar 2 tahun lalu ketika baca majalah Art). Ada pameran lukisan. Takzim saya melihatnya, ternyata menggambar (waktu kecil saya tidak tahu kata 'melukis') bisa jadi bagus.
Galeri adalah tempat yang menyenangkan. Terbuka bagi siapa saja yang mau masuk, bahkan keluarga seperti kami yang cuma tidak sengaja lewat.
After all, I still got the same feeling.
Waktu pertama kali menginjak galeri lagi ketika pertama kali masuk kuliah. Galeri Soemardja. Waktu itu lantainya belum seperti sekarang. Masih tegel, bukan parket. Namun ada tata cahaya menyorot ke arah karya-karya itu. Rasanya seperti pengalaman magis. Lebih-lebih sekarang lantainya sudah jadi parket. Dinding putihnya nampak bagus dengan itu.
Kala pergi ke Galeri Nasional, langit-langitnya amat tinggi. Karya-karyanya nampak lebih hebat jadinya. Rasanya seperti pengalaman yang patut diingat. Pembukaan pameran yang sangat ramai. Orang-orang nampak saling mengenal satu sama lain. Membicarakan apa saja. Bahkan mungkin berbicara buruk.
Esokan harinya bisa dipastikan galeri lengang, mana ada keluarga yang bertandang kesana. Galeri itu tempat elit, comrades!
Kembali ke kamar kosan.
Semuanya nampak berbeda 3 tahun (masuk tahun ke-4) yang lalu. Banyak barang-barang berserakan. Bacaan-bacaan yang mungkin dulu saya tak pernah pikirkan untuk dibaca. Kertas-kertas yang dulu saya anggap terlalu fancy untuk dimiliki. Bahan-bahan yang mungkin terlalu aneh untuk anda temukan di kamar seorang gadis. Polyurethan?
I'm eager to know everything.
I don't even know myself anymore.
Subscribe to:
Posts (Atom)