Friday, December 14, 2007

My family is type B

Ya betul, golongan darah kami sekeluarga adalah B. Dan itulah salah satu alasan mengapa kami ini mudah sekali bosan akan sesuatu.

Mari kita mulai dari ayah saya. Ayah saya adalah seseorang mudah sekali tertarik akan sesuatu. Secara lebih tepatnya disini adalah SEMINAR, BUKU, dsb. Contohnya begini. Pada awal tahun 2007 ini beliau amat menggandrungi seminar atau pun kelas-kelas yang dibuka oleh Bapak Tung Desem Waringin. Nama yang sudah tidak asing lagi bukan? Saking beliau tergila2nya akan seminar itu, beliau tak sungkan untuk mempromosikannya terhadap teman maupun keluarga. Dan hal itu semakin memarah saat dia mengutarakan keinginannya untuk pergi ke Australi bersama teman2nya di kelas Pak Tung itu guna menghadiri seminar motivator yang lain. Tentunya hal tersebut langsung ditentang keras oleh saya dan ibu saya. Betul-betul hal yang tidak berguna pikir kami, memangnya kami ini orang yang kelebihan uang? Tak ada habis2nya kami berpikir, hingga akhirnya Papa pun mengesampingkan keingoinan sesaatnya itu. Nah, mulai pertengahan tahun Papa mulai beranjak ke komunitas lain, yaitu komunitas yang agaknya lebih religius dan ada unsur bisnisnya juga. Seperti waktu Tung Desem Era, Papa selalu saja membicarakan tentang komunitasnya itu, FYI komunitasnya itu adalah komunitas yang terinspirasi dari sebuah buku dan CD yang merupakan suatu gelombang yang bisa dikirimkan ke otak dalam bentuk lagu (baca: suara aneh). Pernah suatu hari Mama ikut ke acara kumpul-kumpul sama teman-temannya papa itu, namun sepertinya ada yang tidak beres (menurut saya dan Mama). Memang sih, ketika saya membuka website tentang kelompok itu, seperti ada sesuatu janggal. Lalu akhirnya saya dan mama memprovokasi papa tentang keburukan komunitas itu. Tapi papa yang sedang gandrung-gandrungnya, tentunya omongan kami ini tidak didengar. Tapi sudah bisa ditebak, setelah beberapa minggu berikutnya, beliau sudah tidak pernah membicarakannya lagi. BOSAN.


Selanjutnya adalah Ibu saya, ibu saya adalah ibu rumah tangga biasa. Biasa atau tidak ya? oh bukan, ibu saya Bukan Ibu Biasa (BIB). Berbeda dengan ayah saya, ketertarikan ibu saya lebih kepada hal kerajinan tangan ataupun masakan. Syahdan Mama saat itu sangat menyukai sulam menyulam. Sampai-sampai ia memborong buku-buku berbahasa JEPANG yang penerbitnya namanya ONDORI. Tak lupa untuk dipraktekan, Mama memborong berbagai jenis benang sulam, membeli kain untuk dijadikan taplak, dan menjahit beberapa baju untuk disulami. Tapi resultnya hanyalah SATU TAPLAK MEJA. FYI, itu baju-baju sampe sekarang belum disentuh sama sekali. Beralih ke peralatan masak. Dulu pernah Mama memaksakan kehendak untuk membeli panci amway yang katanya bisa membuat vitamin tetap ada pada sayuran yang telah masak. Dan sausar-saudara, panci itu mungkin hanya bertahan 1 minggu, alasannya mama sayang memakainya, karena takut asisten rumah tangga kami membaretinya ketika menyucinya (itu telah terjadi). Padahal harga seperangkat panci itu cukup merogoh tabungan. Fiuh, itu blum seberapa dengan pembelian segudang barang-barang lain yang katanya mau digunakan, nyatanya tidak. Baru-baru ini Mama membeli alat untuk membuat poffertjes, katanya sih mau sering-sering membuat poffertjes diakir pekan, nyatanya alat itu hanya dipakai SATU KALI. Pernah juga Mama membeli Juicer yang katanya beda dari yang lain. Tapi Juicer itu juga kini telah berakhir digudang. Mungkin Juicer itu telah berteman dengan panci Amway. Katanya buah-buahannya lagi mahal. Belum lagi rasa parnonya kalau barang itu akan rusak kalau jatuh ke tangan asisten rumah tangga Kami. Mama, mama...

Sekarang kita beralih ke adik perempuan saya Lia. Kalau Lia ini perangainya tipe B nya sangat kentara pada bidang ekstrakulikuler. Lia ini tidak pernah bertahan pada setiap Eskul yang diikutinya. Saya memperhatikannya dari SD. Mulai dari VOKAL, PIANO, DRAMA, JURNALISTIK. Tidak ada barang satupun yang diikuti hingga mahir. Waktu itu katanya mau serius belajar piano, tapi baru juga jalan 3 bulan ia sudah tidak tahan karena bosan.

Lanjut ke adik laki-laki saya, Raihan Kalu Raihan ini mirip dengan tipe Mama saya yang lapar mata.

SAYA? Kalau saya sepertinya mengalami sindrom Tipe B in dalam hal Musik. Tapi itu juag ga selalu. Saya masih belum bisa menemukan sisi Tipe B yang terparah di dalam diri saya. Lain kali kalau sudah ketemu pasti saya beritahu.

Tipe B, TIPE B. Mungkin kini nanti saya akan bosan menulis blog ini, semoga saja tidak.

1 comment:

Anonymous said...

samaaaaaaa bgt ama nyokap gw

dulu ih doyan bgt beli piring melamin (jaman eyang gw masi idup) 'adaaa aja alesannya' (pake gaya kak Yuni kimia inten) yang kata eyang gw kalo makan suka jatoh piringnya lah.

trus nyokap gw jg beli belender yang katanya bisa buat segala apapun taro situ (semen juga kali)
skrg? tetep aja tuh buat ngejus tiap hari dipakenya yang blender yang biasa2 aja. katanya "ya itu yg gede kan dipake kalo buat masak besar2 aja!"
padahal dulu wktu 3 hari pertama beli dia ngejus pake itu

trus nyokap gw juga doyan beli:
payung
kotak makan Lock&Lock

tas juga, adaaaa aja.
katanya iya ini kan kalo tas buat ke bandung
tas buat mukena
tas buat kalo jalan2 ke pantai lah
gila..semua occasion ada tas tersendiri

emak2 gokil emang.apaa aja yg menggoda mata dibeli.