Tanggal 6 Januari kemarin saya ulang tahun yang ke 19. Tua juga ya. Ada sebuah perayaan yang cukup ganas yang saya dapatkan dari teman-teman saya sesama TPB FSRD 2008. Malam itu (tanggal 5 Januari), saya sedang bekerja menyerut bambu di Selasar Singkong (tempat kami, anak-anak TPB bermain dan bekerja).
Malam itu Tim Artistik Olimpiade lagi banyak kerjaan, saya kedapetan tugas nyerutin bambu bareng si Aidil. Kami terlibat pembicaraan seru mengenai cerita rakyat Eropa Timur. Tentang Baba Yaga, penyihir tua yang selalu ada di setiap cerita-ceritanya. Lanjut ke dongeng Grimm sampe ke dongeng Andersen. Saya malah sempet ngedongengin dia cerita Andersen yang berjudul 'Teman Seperjalanan'. Sesekali tangan terluka akibat bambu yang terlalu tajam.
Lalu berlanjut ke telaah lebih jauh mengenai keseragaman beberapa cerita rakyat di dunia. Mengenai, mengapa anak bungsu selalu yang paling baik dan cantik? Mengapa kakak-kakanya selalu saja menjadi tokoh antagonis? Mengapa terdapat keseragaman antara cerita Cikcik si Burung Gereja, Kakek Penumbuh Bunga dan Bawang Merah Bawang Putih? Saya menemukan keseragaman ketika pada cerita-cerita itu pada bagian hadiah yang didapat bagi orang baik dan orang jahat. Ditiap cerita itu, setiap tokoh baik mendapatkan hadiah berupa emas yang tidak disangka-sangka dan tokoh jahat mendapatkan ganjaran berupa hadiah berisikan binatang-binatang berbisa. Selain itu juga ada kesamaan cerita antara Rumpelstiltskin dengan Si Timun Mas. Mengenai anak yang diminta mahluk halus karena suatu janji yang harus ditepati.
Pas lagi ngobrol-ngobrol saya melihat jam di HP saya, pukul 23.45. Lalu saya bilang ke Aidil, "Dil, ntar jam 12 teng bakal banyak yang SMS-in gw gak ya?". Kata Aidil, "Ya ampun, Tom, gak usah ditungguin kale". Lalu tiba-tiba si Dita datang mengajak saya menemani dia ke kamar mandi, kami berjalan ke arah lapangan parkir gedung PLN. Tanpa pikiran buruk saya terus berjalan bersamanya. Dan ternyata di tiang listrik dekat lapangan parkir ada teman saya si Ganjar (ulang tahunnya tanggal 5 Januari) lagi di iket di tiang listrik, lalu tiba-tiba saya disergap dan ikutan diiket juga di tiang listrik. Sementara Ganjar digiring ke kolam Indonesia Tenggelam a.k.a Plaza Widya a. k .a Plawid (letaknya tepat di tengah-tengah ITB) untuk diceburin, saya dikelitikin membabi-buta sama si Ghina dan Lingga, tanpa perlawanan. Tangan saya diikat, ingat?
Gak lama, mereka balik dan melepaskan tali yang mengikat tangan saya... Lalu serta merta menceburkan saya di kolam yang berwarna hijau penuh lumut dan bau pesing itu. Pukul 24.00,di Kota Bandung. Menggigil dan bau, cuma itu kata-kata yang bisa menggambarkanya. Tapi saya cukup senang. Mereka peduli dengan ulang tahun saya.. hehe. Makasih teman-teman TPB!
1 comment:
twnang tom, gw selalu senang nyeburin orang2 tak bersalah. sampai saat ini gwlah pemegang rekor pelempar korban terbanyak (8 orang) hahahahahaaa
Post a Comment