Hai
Ia berserulah, aku mau pergi ke gunung paling tinggi di dunia hingga aku bisa berteriak.
Ya Tuanku, aku akan mengikutimu, bahkan ke atas pohon di gunung yang paling tinggi itu untuk mengalahkanmu.
Hai
Ia berserulah, aku mau menyelam ke dasar laut paling dalam hingga aku bisa melihat koral yang paling indah sekalipun
Ya Tuanku, aku akan mengikutimu, bahkan ke palung terdalam di dasar laut paling dalam untuk mengalahkanmu.
Hai
Ia berserulah, aku mau ke ujung dunia yang paling jauh dan terisolasi hingga aku bisa berpikir dan merajai dengan puas.
Ya Tuanku, aku akan mengikutimu, bahkan ke gorong-gorong gua paling gelap yang ada di ujung dunia paling jauh dan terisolasi untuk mengalahkanmu.
Dan para hamba menyengsarakan diri mereka, karena Tuanku tahu bahwa....
Pada pohon yang paling tinggi di gunung tertinggi, dahannya rapuh dan akan menjatuhkan para hamba ke jurang
Pada palung yang terdalam pada laut paling dalam terdapat monster laut paling kejam lagi hina yang akan mencabik barang siapa yang memasukinya
Pada gorong-gorong gua paling gelap di ujung dunia paling jauh dan terisolasi, tidak ada jalan untuk kembali pulang
Maka itulah ia menyengaja.
Wednesday, December 1, 2010
Sunday, October 31, 2010
Perasaan Tidak Enak
Salvador Dali
The Persistence of Memory
oil on canvas
1931
24 cm x 33 cm
The Persistence of Memory
oil on canvas
1931
24 cm x 33 cm
Hari itu tiba-tiba perasaan saya gak enak. Ketika itu saya sedang membuat makalah semiotika, dan memilih lukisan diatas untuk ditinjau. Tiba-tiba saya merasa insecure bukan kepalang, ingin menangis. Lantas saya diam lalu kabur ke kamar teman sekosan saya.
Perasaan tidak enak itu menjalar begitu saja. Mungkin firasat atau apa lah. Namun sepertinya lukisan ini juga menambah ketidaknyamanan tersebut. Kekosongan tempat yang ada. Warna-warna pucat yang mengganggu. Jam-jam yang meleleleh. Bagi saya seperti tamparan untuk waktu yang telah saya lewati begitu saja. Saya merasa kosong. Takut.
Esok harinya ayah saya telefon, katanya ia sedang ada di Bandara Padang, hendak pulang kembali ke Jakarta. Sesaat sebelumnya ada gempa yang mengguncang. Untung ia tak apa- apa.
Perasaan tidak enak itu menjalar begitu saja. Mungkin firasat atau apa lah. Namun sepertinya lukisan ini juga menambah ketidaknyamanan tersebut. Kekosongan tempat yang ada. Warna-warna pucat yang mengganggu. Jam-jam yang meleleleh. Bagi saya seperti tamparan untuk waktu yang telah saya lewati begitu saja. Saya merasa kosong. Takut.
Esok harinya ayah saya telefon, katanya ia sedang ada di Bandara Padang, hendak pulang kembali ke Jakarta. Sesaat sebelumnya ada gempa yang mengguncang. Untung ia tak apa- apa.
Saturday, October 30, 2010
Lagi-lagi Belum
Ratu Rizkitasari Saraswati
Dzat yang Kutahu (work in progress)
watercolor on paper
29.7 x 29.7 cm
2010
Thursday, September 30, 2010
Akhirnya Menulis Sajak Lagi
Sajak ini tentang mengajak
Ajakan untuk beranjak
Agar tidak terinjak ataupun diinjak-injak
Yang katanya mereka tahu dari sejak
Tumitmu berpijak
Sajak ini lagi-lagi tentang sang pembajak
Yang sekali lagi ingin jadi bijak
Lupa di mulutnya masih terkulum permen kojak
Ajakan untuk beranjak
Agar tidak terinjak ataupun diinjak-injak
Yang katanya mereka tahu dari sejak
Tumitmu berpijak
Sajak ini lagi-lagi tentang sang pembajak
Yang sekali lagi ingin jadi bijak
Lupa di mulutnya masih terkulum permen kojak
Kisah Langit-Langit
Oleh: Ratu R. Saraswati
Aku sudah ada disini sejak lama. Semenjak mereka membangun rumah ini, dan membuatku berada jauh di atas. Aku hidup sendiri tanpa pengasuhan dan tanpa teman, yang aku lakukan hanyalah terlentang ke bawah di tempat yang sama selama kira-kira 20 tahun belakangan ini. Aku bisa melihat semua kejadian yang berada di bawahku. Sayang aku hanya tahu rasanya berada di ruangan ini, sebuah ruang kecil kecil di atas loteng. Rumah ini adalah rumah sewaan. Maka aku tak pernah mempunyai tuan yang tetap.
Waktu itu seorang pemuda desa baru saja menempati kamar ini, tingkah lakunya kikuk. Satu malam dua malam ia masih tak pernah pergi keluar kamar, paling hanya sesekali keluar untuk beli makanan. Malam-malam lainnya ia jarang pulang ke kamar. Ketika ia pulang bau alkohol semerbak di seluruh kamar. Lain hari juga begitu adanya. Hingga suatu saat aku mendengar suara telefon yang dikencangkan dari telefon genggamnya, ibunya menangis karena tahu iya tak pernah pergi kuliah. Malam itu hujan deras, aku sengaja merobek tubuhku hingga kubiarkan air hujan menerpa wajahnya hingga ia sadar dari mabuknya.
Setelah itu sepasang muda-mudi sepertinya mereka sedang bersembunyi dari sesuatu, mereka tak pernah keluar dari kamar. Sering kali, sang pria menggigil minta sesuatu, hingga berteriak-teriak. Lalu kulihat si wanita mengendap-endap ke keluar seperti mau mencuri. Lalu setelah beberapa jam, ia kembali membawa apa yang si pria inginkan. Tapi ternyata itu bukan hal yang baik. Si pria tewas sehabis menghabiskan pemberian si wanita. Si wanita menangis bukan kepalang, ia mencari tali tambang dan mengikatkannya kepadaku. Aku tak peduli dengan mereka, mereka berperangai buruk, kukokohkan tulang-tulangku. Biar saja ia mati.
Lama tak ada penghuni di kamar ini, hingga suatu hari seorang gadis datang. Gadis yang lugu, mengingat ia tak pernah pulang malam, selalu bangun pagi dan berdoa. Ia juga rajin membersihkanku dari sarang laba-laba, menambal tubuhku yang robek, dan juga menambahkan hiasan berupa bintang bintang kecil di dadaku. Ia gadis yang manis. Aku selalu mengamatinya setiap tidurnya. Ia selalu tidur menghadap ke arahku. Seakan ia percaya bahwa aku ada. Ia selalu tidur dengan wajah seperti malaikat.
Hari berganti, aku masih disini. Kini gadis itu semakin dewasa. Setiap harinya aku selalu menjaganya setiap ada disini, dari panas terik di luar, dan dari hujan badai yang datang tanpa tendeng aling-aling. Ia tumbuh semakin cantik. Aku jatuh cinta padanya. Aku disini akan selalu ada untuknya, bukan karena pamrih, tapi memang karena aku ingin membalas budinya saja. Setiap malam minggunya ia sering mematut diri di depan kaca, mencoba beberapa gaun, tapi selalu berakhir dengan tidur. Tak ada yang pernah mengajaknya pergi di malam minggu. Rasanya aku sedih melihat dirinya yang kesepian. Setiap sore ia suka menyanyi lirih di dekat jendela sambil melepaskan balon gas. Balon gas itu digantungkan sebuah kertas. Entah apa isinya aku tak tau pasti. Yang jelas setiap hari ia melepaskan balon gas berwana merah itu ke langit luas. Sebelum dilepaskan ia selalu mengecup balon dengan mata terpejam seperti berdoa.
Sudah berbulan-bulan ia melakukan kegiatan itu, kunamakan kegiatan itu sebagai “melepas-balon-cinta”. Hingga suatu hari, seorang pemuda datang dengan membawa serpihan balon merah. Si gadisku pun tersenyum senang. Mereka nampak cocok. Sang pemuda setiap hari datang, entah siang, entah malam, bahkan juga menginap. Rasanya aku tak rela membagi penjagaanku kepadanya. Pemuda ini bahkan tetap berada di kamar ketika gadisku pergi ke luar. Aku sungguh membenci perilakunya. Aku sering menemukan ia mengotori kamar dengan cairan menjijikkan ketika gadisku tak ada. Ketika sang gadis menanyakan ia hanya berkilah ia tadi menumpahkan susu kental manis ke lantai. Menjijikkan sekali kebohongan itu. Semakin lama si gadis jatuh terlalu dalam dengan kata-kata manis si pemuda. Pemuda sering membual tentang rumah kecil dengan padang poppy di luarnya yang ia janjikan ketika nanti mereka menikah.
Malam itu, hujan deras mengguyur seluruh kota, gadisku dan sang pemuda datang dengan basah kuyup masuk ke kamar. Lalu si pemuda mulai merayu sang gadis dengan mulai meraba gadisku. Gadisku menolaknya, ia berjalan menjauhi si pemuda. Ia terkaget, dari mata si pemuda, sepertinya ia tak mengenali lagi pemuda itu. Pemuda itu menyergapnya dengan liar. Ia di hempaskan ke tempat tidur. Aku sudah tak bisa lagi menyaksikan semua ini, Bila aku mesti mati, aku mau melakukannya demi gadisku, rasa cintaku amat besar untuknya. Kurentakkan seluruh tubuhku, rasa sakitnya menjalar seiring dengan tetesan air hujan yang menerpa tubuhku. Si gadis meronta, tapi si pemuda nampak lebih kuat dan menguasai keadaan.
Kuhempaskan tubuhku sekuat tenaga terakhir yang kupunya. Lalu aku pun menjatuhkan seluruh tubuhku ke arah pemuda itu. Aku ingin menyelamatkan gadisku. Detak jantung si pemuda pun tak terdengar lagi. Di tengah terpaan hujan yang memasuki kamar, si gadis pun terjaga. Dan aku hanya serpihan mati sekarang.
Aku sudah ada disini sejak lama. Semenjak mereka membangun rumah ini, dan membuatku berada jauh di atas. Aku hidup sendiri tanpa pengasuhan dan tanpa teman, yang aku lakukan hanyalah terlentang ke bawah di tempat yang sama selama kira-kira 20 tahun belakangan ini. Aku bisa melihat semua kejadian yang berada di bawahku. Sayang aku hanya tahu rasanya berada di ruangan ini, sebuah ruang kecil kecil di atas loteng. Rumah ini adalah rumah sewaan. Maka aku tak pernah mempunyai tuan yang tetap.
Waktu itu seorang pemuda desa baru saja menempati kamar ini, tingkah lakunya kikuk. Satu malam dua malam ia masih tak pernah pergi keluar kamar, paling hanya sesekali keluar untuk beli makanan. Malam-malam lainnya ia jarang pulang ke kamar. Ketika ia pulang bau alkohol semerbak di seluruh kamar. Lain hari juga begitu adanya. Hingga suatu saat aku mendengar suara telefon yang dikencangkan dari telefon genggamnya, ibunya menangis karena tahu iya tak pernah pergi kuliah. Malam itu hujan deras, aku sengaja merobek tubuhku hingga kubiarkan air hujan menerpa wajahnya hingga ia sadar dari mabuknya.
Setelah itu sepasang muda-mudi sepertinya mereka sedang bersembunyi dari sesuatu, mereka tak pernah keluar dari kamar. Sering kali, sang pria menggigil minta sesuatu, hingga berteriak-teriak. Lalu kulihat si wanita mengendap-endap ke keluar seperti mau mencuri. Lalu setelah beberapa jam, ia kembali membawa apa yang si pria inginkan. Tapi ternyata itu bukan hal yang baik. Si pria tewas sehabis menghabiskan pemberian si wanita. Si wanita menangis bukan kepalang, ia mencari tali tambang dan mengikatkannya kepadaku. Aku tak peduli dengan mereka, mereka berperangai buruk, kukokohkan tulang-tulangku. Biar saja ia mati.
Lama tak ada penghuni di kamar ini, hingga suatu hari seorang gadis datang. Gadis yang lugu, mengingat ia tak pernah pulang malam, selalu bangun pagi dan berdoa. Ia juga rajin membersihkanku dari sarang laba-laba, menambal tubuhku yang robek, dan juga menambahkan hiasan berupa bintang bintang kecil di dadaku. Ia gadis yang manis. Aku selalu mengamatinya setiap tidurnya. Ia selalu tidur menghadap ke arahku. Seakan ia percaya bahwa aku ada. Ia selalu tidur dengan wajah seperti malaikat.
Hari berganti, aku masih disini. Kini gadis itu semakin dewasa. Setiap harinya aku selalu menjaganya setiap ada disini, dari panas terik di luar, dan dari hujan badai yang datang tanpa tendeng aling-aling. Ia tumbuh semakin cantik. Aku jatuh cinta padanya. Aku disini akan selalu ada untuknya, bukan karena pamrih, tapi memang karena aku ingin membalas budinya saja. Setiap malam minggunya ia sering mematut diri di depan kaca, mencoba beberapa gaun, tapi selalu berakhir dengan tidur. Tak ada yang pernah mengajaknya pergi di malam minggu. Rasanya aku sedih melihat dirinya yang kesepian. Setiap sore ia suka menyanyi lirih di dekat jendela sambil melepaskan balon gas. Balon gas itu digantungkan sebuah kertas. Entah apa isinya aku tak tau pasti. Yang jelas setiap hari ia melepaskan balon gas berwana merah itu ke langit luas. Sebelum dilepaskan ia selalu mengecup balon dengan mata terpejam seperti berdoa.
Sudah berbulan-bulan ia melakukan kegiatan itu, kunamakan kegiatan itu sebagai “melepas-balon-cinta”. Hingga suatu hari, seorang pemuda datang dengan membawa serpihan balon merah. Si gadisku pun tersenyum senang. Mereka nampak cocok. Sang pemuda setiap hari datang, entah siang, entah malam, bahkan juga menginap. Rasanya aku tak rela membagi penjagaanku kepadanya. Pemuda ini bahkan tetap berada di kamar ketika gadisku pergi ke luar. Aku sungguh membenci perilakunya. Aku sering menemukan ia mengotori kamar dengan cairan menjijikkan ketika gadisku tak ada. Ketika sang gadis menanyakan ia hanya berkilah ia tadi menumpahkan susu kental manis ke lantai. Menjijikkan sekali kebohongan itu. Semakin lama si gadis jatuh terlalu dalam dengan kata-kata manis si pemuda. Pemuda sering membual tentang rumah kecil dengan padang poppy di luarnya yang ia janjikan ketika nanti mereka menikah.
Malam itu, hujan deras mengguyur seluruh kota, gadisku dan sang pemuda datang dengan basah kuyup masuk ke kamar. Lalu si pemuda mulai merayu sang gadis dengan mulai meraba gadisku. Gadisku menolaknya, ia berjalan menjauhi si pemuda. Ia terkaget, dari mata si pemuda, sepertinya ia tak mengenali lagi pemuda itu. Pemuda itu menyergapnya dengan liar. Ia di hempaskan ke tempat tidur. Aku sudah tak bisa lagi menyaksikan semua ini, Bila aku mesti mati, aku mau melakukannya demi gadisku, rasa cintaku amat besar untuknya. Kurentakkan seluruh tubuhku, rasa sakitnya menjalar seiring dengan tetesan air hujan yang menerpa tubuhku. Si gadis meronta, tapi si pemuda nampak lebih kuat dan menguasai keadaan.
Kuhempaskan tubuhku sekuat tenaga terakhir yang kupunya. Lalu aku pun menjatuhkan seluruh tubuhku ke arah pemuda itu. Aku ingin menyelamatkan gadisku. Detak jantung si pemuda pun tak terdengar lagi. Di tengah terpaan hujan yang memasuki kamar, si gadis pun terjaga. Dan aku hanya serpihan mati sekarang.
Sunday, September 26, 2010
Tuesday, September 14, 2010
Yang Namanya Berdoa
Ya katanya sih harus setiap saat. Sebelum makan, sebelum masuk kamar mandi, setelah tidur, saat mau berangkat. Setelahnya? Ya harusnya juga berdoa. Tapi kita sering alpha. Saya sendiri mungkin sudah lupa bagaimana bunyi doa setelah makan , sering tertukar dengan doa setelah keluar dari kamar mandi. Artinya kita jarang bersyukur atas apa yang diberi. Setelah mendapatkan yang diinginkan lantas lupa berterimakasih.
Sejak kecil ayah dan ibu kita mengajarkan cara berdoa, memintalah keselamatan kepada-Nya, mintalah jalan kepada-Nya. Minta lah apapun.
Doa- doa itu kita lafalkan dari waktu ke waktu, ketika menginginkan sesuatu, menolak bala, pendek kata menguntungkan kita si pendoa. Namun perlahan pendidikan beragama yang telah saya dapatkan semenjak dulu, nampak hanya sebagai rutinitas. Seperti membuka tutup pulpen supaya dapat menulis, seperti mengambil air untuk menggambar cat air. Lalu apa?
Menulis apa?
Menggambar apa?
Tujuan mu apa?
Katanya untuk mencari Ridho-Nya, ya?
Saya rasa setiap manusia harusnya mencari Tuhannya sendiri. Lantas menjadikannya tujuan.
Tuhan bagi saya, mungkin berbeda dengan Tuhan bagi Anda. Toh Ia punya 99 nama yang berbeda bukan? Untung saja itu tidak menjadikannya terpecah dan berkonsep politheisme.
Lalu apakah Tuhan itu candu? Mungkin itu bagi segelintir yang memilih untuk masih bergantung. Sejak kecil berada di lingkungan pendidikan islami membuat saya hafal benar dengan pengajarannya, suatu lembaga tertentu. Punya teman-teman dari golongan yang sama dengan pengajaran yang sama, lantas menjadi pengamat apa yang terjadi dengan kami dewasa ini. Kadang hanya bisa mengelus dada. Ternyata dengan semua pengetahuan yang dimiliki, tak ada yang tersisa ya sekarang malah lebih tepatnya meninggalkannya. Bukannya mau menghakimi pilihan hidup orang lain, hanya nilai-nilai itu masih sedikit menguasai diri saya menjadikannya sebagai tanggung jawab moral. Sedangkan di hati kecil masih ada pembenaran, Ffff this, ffff that, we're just common people!
Lantas apakah yang orang tua dan guru-guru kita ajarkan dulu?
Entahlah, sudah lama saya memilih untuk tidak mencari tahu. Banyak yang bilang untuk mencari tuhan dengan ilmu, menyudutkan agama sebagai kebodohan dan kepercayaan membabi buta atas sesuatu yang non-fisik. Namun dengan segala kebodohan yang saya miliki, saya yakin ia ada di 'Arsy-Nya.
Selamat Lebaran 1431 H.
Sejak kecil ayah dan ibu kita mengajarkan cara berdoa, memintalah keselamatan kepada-Nya, mintalah jalan kepada-Nya. Minta lah apapun.
Doa- doa itu kita lafalkan dari waktu ke waktu, ketika menginginkan sesuatu, menolak bala, pendek kata menguntungkan kita si pendoa. Namun perlahan pendidikan beragama yang telah saya dapatkan semenjak dulu, nampak hanya sebagai rutinitas. Seperti membuka tutup pulpen supaya dapat menulis, seperti mengambil air untuk menggambar cat air. Lalu apa?
Menulis apa?
Menggambar apa?
Tujuan mu apa?
Katanya untuk mencari Ridho-Nya, ya?
Saya rasa setiap manusia harusnya mencari Tuhannya sendiri. Lantas menjadikannya tujuan.
Tuhan bagi saya, mungkin berbeda dengan Tuhan bagi Anda. Toh Ia punya 99 nama yang berbeda bukan? Untung saja itu tidak menjadikannya terpecah dan berkonsep politheisme.
Lalu apakah Tuhan itu candu? Mungkin itu bagi segelintir yang memilih untuk masih bergantung. Sejak kecil berada di lingkungan pendidikan islami membuat saya hafal benar dengan pengajarannya, suatu lembaga tertentu. Punya teman-teman dari golongan yang sama dengan pengajaran yang sama, lantas menjadi pengamat apa yang terjadi dengan kami dewasa ini. Kadang hanya bisa mengelus dada. Ternyata dengan semua pengetahuan yang dimiliki, tak ada yang tersisa ya sekarang malah lebih tepatnya meninggalkannya. Bukannya mau menghakimi pilihan hidup orang lain, hanya nilai-nilai itu masih sedikit menguasai diri saya menjadikannya sebagai tanggung jawab moral. Sedangkan di hati kecil masih ada pembenaran, Ffff this, ffff that, we're just common people!
Lantas apakah yang orang tua dan guru-guru kita ajarkan dulu?
Entahlah, sudah lama saya memilih untuk tidak mencari tahu. Banyak yang bilang untuk mencari tuhan dengan ilmu, menyudutkan agama sebagai kebodohan dan kepercayaan membabi buta atas sesuatu yang non-fisik. Namun dengan segala kebodohan yang saya miliki, saya yakin ia ada di 'Arsy-Nya.
Selamat Lebaran 1431 H.
Friday, August 20, 2010
Sunday, August 8, 2010
Thursday, July 1, 2010
Monday, June 28, 2010
Saturday, June 5, 2010
Sunday, May 9, 2010
Hujan di Bandung
Maret. Malam itu hujan amat deras. Saya dan Dyonk pulang terburu-buru dari kampus hendak menyelesaikan beberapa tugas hingga harus menerjang hujan untuk pulang. Lalu makan di pinggir jalan dago dan sepatu basah sampai ke dalam.
Lalu kami naik angkot ke arah atas.
Hari yang melelahkan.
Kacanya berembun.. Bagaimana dengan berbagi dengan teman?
Kita tidak harus selalu menggambar dengan sempurna bukan?
Lalu kami naik angkot ke arah atas.
Hari yang melelahkan.
Kacanya berembun.. Bagaimana dengan berbagi dengan teman?
Kita tidak harus selalu menggambar dengan sempurna bukan?
Suatu Hari
Setiap hari, kita, manusia, punya pengalaman yang berbeda. Bahkan walau kita berada di tempat yang sama diwaktu yang sama.
Kadang kebosanan memang datang terus-menerus seperti halnya suara tonggeret di tengah musim kemarau ini.
Seekor burung hantu mati kaku di tempat kami menggambar hari itu.
Saya cuma berkata dalam hati, "Mungkin hidupnya cuma sampai hari ini"
Rasanya malu untuk mengakui hari begitu membosankan.
Kalau kematian seekor burung hantu pun bukan suatu yang menarik? Lantas apa?
Kadang kebosanan memang datang terus-menerus seperti halnya suara tonggeret di tengah musim kemarau ini.
Seekor burung hantu mati kaku di tempat kami menggambar hari itu.
Saya cuma berkata dalam hati, "Mungkin hidupnya cuma sampai hari ini"
Rasanya malu untuk mengakui hari begitu membosankan.
Kalau kematian seekor burung hantu pun bukan suatu yang menarik? Lantas apa?
Thursday, April 15, 2010
Bapaaaak.....!
Pagi itu saya kuliah mata kuliah Sejarah seni rupa barat yang entah kenapa ruangan kuliahnya panasnya bukan main, akibat kemarau mungkin ya.. Dan saat kelas berakhir pintu ruangannya telah dibuka, ada 2 orang anak kecil, yang satu terlihat lebih besar dari yang lainnya, berteriak riang memanggil, "Bapaaaak....!" Ternyata itu anak-anak bapak dosennya. Bapak ini masih muda, masih 30-an kayaknya sih. Istrinya menunggu dengan sabar di luar, sepertinya mereka hendak pergi bersama-sama ke suatu tempat.
:)
Saya pengen punya keluarga saya sendiri, anak-anak kecil yang lucu-lucu, perempuan laki-laki gak masalah. Pengen punya keluarga sendiri, ada orang yang bisa diajak susah senang bersama. Saya super kepengen punya keluarga seperti contoh keluarga diatas. Saya gak nuntut macam-macam, saya cuma pengen ada keluarga milik saya sendiri (dan pasangan nantinya) yang bisa diajak ke kebun binatang bandung deket kampus. Gak boong, waktu mama papa saya ke Bandung mereka emoh diajak masuk kesana.
Kalau dipikir-pikir, umur saya sudah 20, mahasiswa tingkat 2, seni rupa. There there, udah 2 tahun di ITB, kira-kira paling lama 3 tahun lagi deh bakalan lulus. Habis itu? Baiknya kuliah S2 kata Papa. Saya pikir saya sudah cukup tua. Bayangkan saat-saat SD itu, kami berceloteh tentang masa depan. Dan sekarang masa depan itu tepat di depan hidung saya. Mau gak mau harus mikirin j-o-d-o-h, yah. gimana mau punya keluarga kalo belom nikah ateuh.....
Saya gak mau hidup saya cuma buat diri saya sendiri, saya pengen punya anak-anak dan bapaknya yang bisa jadi geng komplotan baru dalam berbuat keseruan. Tidak dengan teman-teman sebaya saya lagi, tidak dengan luntang-lantung lagi. hehe.
Thursday, March 25, 2010
Mengingat
Saya ingin membagi ingatan saya tentang masa kecil saya melalui foto-foto lama ini. Bagaimana foto adalah hal yang lumrah bagi setiap keluarga, untuk mengabadikan kisah-kisah kecil. Memori masa kecil yang bahagia, kebersamaan keluarga, saat merengut dan saat tertawa.
Ini ulang tahun saya yang ke-10 dirayakan dengan sederhana di rumah eyang. Itu baju favorit saya :) Hadiah dari eyang saya.
Saya suka penasaran dengan gitar milik Om Bram, namun selalu saja kacau jika saya mencoba memainkannya. Hari itu, Om Bram memfoto saya dengan gitar itu, gitar yang bahkan lebih besar dari badan saya kala itu.
Saat itu kami sedang bermain kolam bola di dufan. Itu gadis kecil yang di sebelah saya adalah Lia. Saya sebenarnya amat takut di kolam bola, karena kaki saya tak dapat berpijak dan terasa tak berdasar.
Hari itu saya malas pergi ke sekolah dan merengut karena malas difoto. Baju berwarna oranye itu adalah seragam hari Jumat. Pagi itu papa dan adik saya malah lagi semangat untuk berfoto.
Saat itu murid-murid TK At-Taufiq Cempaka Putih diundang untuk mengisi acara di perayaan Nuzulul Qur'an dan Ulang Tahun Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Hari itu dandanan yang ibu guru saya pulas diwajah saya amat menor, saya jadi agak ngambek, namun adik saya Lia datang untuk memberikan semangat hingga saya pun mau diajak berfoto. Gadis kecil yang disebelahnya bernama Puput, teman saya kala itu.
Foto ini diambil di rumah nenek dari pihak ayah saya, di kota Serang. Saya dan Lia memakai baju bergambar Lion King yang saat itu lagi diputar di bioskop. Saat foto ini diambil, saya menyuruh Lia untuk mengacungkan jempolnya seperti iklan 'RCTI OK' tapi dia gak mau. Sayangnya foto kemburu dijepret ketika saya sedang memaksanya..
Om Bram suka fotografi, sore itu saya dijadikan modelnya, kami berfoto-foto di halaman rumah Eyang
Waktu itu kami sedang karyawisata ke Taman Safari. Pasti tujuan karyawisata semua TK ke sana juga bukan? Ini saat kami dikumpulkan oleh Ibu guru.
Foto ini diambil ketika Lebaran tahun 1994 (saya ingat waktu itu kakek dan nenek saya baru pulang naik Haji dan saya masih baru masuk TK A). Saya berfoto dengan nenek kakek dan adik saya, yang lainnya adalah keponakan dari Eyang Kung dan anak-anaknya.
Saya masih mengingat semua kelebatan itu dengan jelas. Saya kangen bagian hidup yang telah terlewat itu.
Thursday, February 25, 2010
Kelopak dan Perompak
Kelopak tipis, berwarna merah pupus
Terbang menjelajah pelosok dunia
Dibawa angin timur melintas daratan
Dibawa angin barat melintas lautan
Perompak mengarungi samudera
Ke utara mencari suara
Ke selatan mencari hati buatan
Saat kelopak lelah dan angin enggan berhembus
Ia tergeletak di geladak milik perompak
Perompak lalu memungut kelopak merah pupus yang mulai lusuh
Ia terkaget-kaget
Bagaimana mungkin
Kelopak itu mengarungi lautan
Apa yang membawanya kemari?
Singgah di geladaknya
Ia pun menyimpannya di sakunya
Bulan berganti bulan
Setiap purnama, air pasang
Sang perompak kewalahan
Terkadang ia berpikir untuk menyerah kepada...
Apa ya?
Mungkin Neptunus?
Mungkin juga kekuatan lain?
Perompak juga tidak tahu persis
Kelopak tersimpan, terjebak dalam jubah kumuh berbau amis dan juga garam
Lama kelamaan
Perompak mulai lelah menjelajah
Kembalilah ia ke kotanya
Ia mencari lagi perempuan itu
Perempuan yang membuatnya memilih untuk pergi jauh
Namun yang ditemukannya hanyalah pusara dengan kelopak merah pupus berserakan
Sia-sia sudah perjalanannya mengarungi tujuh samudera
Namun tidak dengan kelopak
Ia kini tahu tujuan perjalanannya
Menyampaikan pesan lama yang belum diutarakan
Untung angin utara sempat membawa kapal perompak hingga ke peraduan
Dan kelopak kini kembali dengan saudarinya yang lain
Terbang menjelajah pelosok dunia
Dibawa angin timur melintas daratan
Dibawa angin barat melintas lautan
Perompak mengarungi samudera
Ke utara mencari suara
Ke selatan mencari hati buatan
Saat kelopak lelah dan angin enggan berhembus
Ia tergeletak di geladak milik perompak
Perompak lalu memungut kelopak merah pupus yang mulai lusuh
Ia terkaget-kaget
Bagaimana mungkin
Kelopak itu mengarungi lautan
Apa yang membawanya kemari?
Singgah di geladaknya
Ia pun menyimpannya di sakunya
Bulan berganti bulan
Setiap purnama, air pasang
Sang perompak kewalahan
Terkadang ia berpikir untuk menyerah kepada...
Apa ya?
Mungkin Neptunus?
Mungkin juga kekuatan lain?
Perompak juga tidak tahu persis
Kelopak tersimpan, terjebak dalam jubah kumuh berbau amis dan juga garam
Lama kelamaan
Perompak mulai lelah menjelajah
Kembalilah ia ke kotanya
Ia mencari lagi perempuan itu
Perempuan yang membuatnya memilih untuk pergi jauh
Namun yang ditemukannya hanyalah pusara dengan kelopak merah pupus berserakan
Sia-sia sudah perjalanannya mengarungi tujuh samudera
Namun tidak dengan kelopak
Ia kini tahu tujuan perjalanannya
Menyampaikan pesan lama yang belum diutarakan
Untung angin utara sempat membawa kapal perompak hingga ke peraduan
Dan kelopak kini kembali dengan saudarinya yang lain
Saturday, January 16, 2010
Bersyukur
Friday, January 15, 2010
Radio
Banyak waktu yang saya lewati dengan ditemani radio, tapi hanya ketika saya pulang ke rumah, bukan di Bandung sini. Entah kenapa, saya gak suka mendengarkan radio disini, mungkin karena jarang pergi-pergi pakai mobil.. Paling di angkot atau di Indomaret, tapi tau sendiri kan radio macam apa yang diputer. Contoh kirim-kiriman salam: Dari Kang Asep di Coblong kirim salam buat Euis di Rancaekek pesennya, jangan sombong-sombong atuh.. Lagunya The Potters.
Apaan juga tuh The Potters, sekumpulan orang-orang yang suka Harry Potter? Atau pembaca setia Beatrix Potter dengan Peter Rabbit-nya? Intinya saya gak tau radio-radio disini, dan entah kenapa, saya gak ngerti obrolannya.
Biarkan saya bercerita tentang pengalaman saya dengan radio, saya memulainya waktu SMP. Prambors radio. Prambors sangatlah seru kala itu. Siapa juga sih yang gak tau POPA (The Power of Putih abu-abu?) Udah gitu kalo malem mereka juga seru banget announcernya.. Pernah dong saya on air nyanyi lagu Koes Ploes, waktu itu topiknya tentang lagu jadul yang Kamu ingat. Tapi semenjak ngedengerin POPA yang suka lama banget iklannya.. Saya jadi suka dengerin Skuldesaknya Sammy dan Ditta di MTV Sky. Saya suka banget kedua orang ini! Siaran mereka kayak ngederin temen maen kita ngobrol, gak dibuat-buat. Omongannya suka nyamblak gitu aja. Topik-topiknya juga lebih menarik. haha. Sumpah gak boong mereka seru banget. Pernah dong saya on air sama mereka buat main plesetan, fyi, plesetan saya bener-bener jagoan, anda-anda akan sangat enek mendengarnya. Btw, Sammy ini bassist -nya Seringai loh..
Skuldesak puya acara Ramadhan namanya Rhoma Loves Rika dimana Sammy berperan sebagai Rhoma yang emang bener-bener niruin suaranya Rhoma Irama, Rhoma ini jadi ceritanya seseorang yang penuh lika-liku percintaan dan ia hanya tinggal dengan bapaknya. Rhoma senantiasa mengenakan setelan jas dan celana beludru. Rhoma diceritakan adalah anak angkat dari serang bapak yang menemukan bayi kecil Rhoma didepan toko vintage-nya di jalan Surabaya, Menteng. Rhoma sangatlah mencintai Rika yang diisi suaranya Ditta yang sok dimanis-manisin suaranya.. hihi lucu banget.. kangen deh. Di akhir cerita, season akhir gitu, setelah beberapa tahun Ramadhan berganti, drama radio berakhir. Akhirnya Ayah Rhoma memberitahu Rhoma bahwa Rhoma masih memiliki ibu, namanya Louise Veronica Ciccone (Ciccone dibaca Cikone), ibunya ini tinggal di US. Rhoma pun kesana dan menemukan bahwa rumah ibunya di Hollywood dan sangat besar. Di pekarangan rumah Rhoma mendengar suara seorang wanita yang memanggil anak dan suaminya.. ," Lourdes! Guy!". Yak ternyata Louis Veronica Ciccone adalah nama asli dari... MADONNA!
ROTFL :DDD
Terus mereka juga punya tokoh kucing jahat dari neraka, namanya Dorahellmon. Ini tokoh suka banget tiba-tiba dateng ke studio, mengacaukan acara. Suaranya doraemon banget, tapi supernyebelin. Dia paling suka nyanyi lagu-lagu plesetan, salah satunya My Boo dari Usher jadi My Babu
Siapa yang mencuci seprei kotor... Babu...
Siapa yang nyuci baju dan kolor...Babu...
Siapa yang bangunin kalo molor...Babu...
Inem kembalilah dari Jember karena 'ku perlu
Babu..Babu..Babu..Babu.....Babu...
Bayangkan suara doraemon menyanyikan lagu itu.. Mmmmppphhh.. hahahhaa. lucu banget.
Sammy dan Ditta sekarang udah gak di MTV Sky, yang kini udah jadi Trax fm. Mereka sebelum cabut dari trax sempet bawain acara Cutting Edge, tapi karena itu jam 10-an saya jadi gak suka dengerin, abisnya lagi sekolah.. Sekarang mereka di GenFM, berhubung saya di Bandung.. Jadi saya gak bisa dengerin mereka. Sammy dan Ditta kini masing-masing telah menikah dan memiliki anak :) Mereka juga punya toko cake didepan RS Pertamina, namanya Parish. Oh iya, banyak yang bilang biasanya announcer tuh gak ada yang cakep. Tapi itu salah besar karena mereka berdua goodlooking! Saya kangen kalian sama kalian berdua Sammy Ditta.. Sammy Bramantyo dan Ditta Wahab, the greatest announcer ever!
Selain dengerin Sammy Ditta, saya juga suka banget dengerin Kemal dan Rivien, mereka siarannya pagi. Nama acaranya Morning Zone. Mereka berdua juga seru loh. Apalagi setiap berangkat pagi saya selalu mendengarkan mereka. Kemal sempet ganti-ganti pasangan, pernah juga sama Indra Bekti, tapi saya gak gitu suka, lebih suka sama Rivien, lebih natural becandaannya. Saya pernah dong on air pagi-pagi nama segmen acaranya ikan cucur, jadi buat curhat anonim gitu. Hahaha. Pokonya saya pernah ngaku suka sama temen SMP saya kasih inisialnya namanya juga. Saya kira gak akan ada yang denger, soalnya itu acaranya pagi banget, kalo gak salah jam 5an. Eh gak taunya pas di sekolah ada yang sadar, "Sar, tadi pagi lo on-air ya di morning zone? Siapa sih cowok itu....". Shiiitttooooo. Hahahahha.
Sampe SMA awal-awal saya masih dengerin trax, sering banget sms saya dibacain, request lagu juga diputerin, terus suka dapet hadiah. Pernah dong dapet voucher New Zealand ice cream beberapa ratus ribu gitu.. Tapi gak sempet saya ambil, abisnya harus diambil sendiri pas jam sekolah sih..
Setelah Kemal akhirnya cabut dari Trax, saya udah mulai males ngederin trax, karena rasanya mulai... Saya rasa saya sudah terlalu tua untuk mendengarkan trax. Trax sangatlah remaja. Sekitaran kelas 2, saya berpindah ke HardrockFM. Nah ini seru juga kalo sore ada Melaney Ricardo sama Iwet Ramadhan. Setiap kali dengerin mereka pasti gak berenti ketawa. Nama acaranya Drive and Jive, emang pas banget nemenin orang pulang kerja (kalo saya sekolah) di mobil. Mereka punya segmen acara buat Carrier Coach dengan Rene Soehardono. Ini nih bagus banget buat motivator saya agar terus semangat merancang masa depan. Inget banget deh setiap sore pulang dari 68 terus les di EF. Rasanya.. sangat HardrockFM. Sekarang Melaney udah cabut ke Trax, Iwet tetep di Hardrock. Mas Topo, supir keluarga saya yang senantiasa mengantar saya juga suka kok dengerin mereka. Tapi sekarang dia GenFM sejati, seneng banget dia ngedengerin Kemal siaran lagi.
Kalo pagi, sambil berangkat sekolah suka dengerin Pandji sama Steny. 2 orang ini sangat lah asik. Gak boong deh.. Obrolan mereka seperti obrolam om-om kantoran yang asik. Tapi sayang banget mereka udah sibuk masing masing.. Pandji sibuk jadi rapper, Steny sibuk ngemce. Sekarang Good Morning Hard Rockers Show diisi sama Iwet dan Rahmah. Sayang sekali Stenji.. Untung Pandji masih di hardrock.. tapi malem siarannya.
Setiap kali di Jakarta, saya selalu merasa di rumah. Itu karena celotehan mereka semua. Sekarang saya masih suka dengerin HardrockFM. GenFM dan Trax kadang-kadang.
Buat semua announcer yang saya sukai diluar sana, walaupun sekarang udah susah buat dengerin kalian lagi.. Good job guys! Kalian pernah menyemangati hari saya.. :)
Apaan juga tuh The Potters, sekumpulan orang-orang yang suka Harry Potter? Atau pembaca setia Beatrix Potter dengan Peter Rabbit-nya? Intinya saya gak tau radio-radio disini, dan entah kenapa, saya gak ngerti obrolannya.
Biarkan saya bercerita tentang pengalaman saya dengan radio, saya memulainya waktu SMP. Prambors radio. Prambors sangatlah seru kala itu. Siapa juga sih yang gak tau POPA (The Power of Putih abu-abu?) Udah gitu kalo malem mereka juga seru banget announcernya.. Pernah dong saya on air nyanyi lagu Koes Ploes, waktu itu topiknya tentang lagu jadul yang Kamu ingat. Tapi semenjak ngedengerin POPA yang suka lama banget iklannya.. Saya jadi suka dengerin Skuldesaknya Sammy dan Ditta di MTV Sky. Saya suka banget kedua orang ini! Siaran mereka kayak ngederin temen maen kita ngobrol, gak dibuat-buat. Omongannya suka nyamblak gitu aja. Topik-topiknya juga lebih menarik. haha. Sumpah gak boong mereka seru banget. Pernah dong saya on air sama mereka buat main plesetan, fyi, plesetan saya bener-bener jagoan, anda-anda akan sangat enek mendengarnya. Btw, Sammy ini bassist -nya Seringai loh..
Skuldesak puya acara Ramadhan namanya Rhoma Loves Rika dimana Sammy berperan sebagai Rhoma yang emang bener-bener niruin suaranya Rhoma Irama, Rhoma ini jadi ceritanya seseorang yang penuh lika-liku percintaan dan ia hanya tinggal dengan bapaknya. Rhoma senantiasa mengenakan setelan jas dan celana beludru. Rhoma diceritakan adalah anak angkat dari serang bapak yang menemukan bayi kecil Rhoma didepan toko vintage-nya di jalan Surabaya, Menteng. Rhoma sangatlah mencintai Rika yang diisi suaranya Ditta yang sok dimanis-manisin suaranya.. hihi lucu banget.. kangen deh. Di akhir cerita, season akhir gitu, setelah beberapa tahun Ramadhan berganti, drama radio berakhir. Akhirnya Ayah Rhoma memberitahu Rhoma bahwa Rhoma masih memiliki ibu, namanya Louise Veronica Ciccone (Ciccone dibaca Cikone), ibunya ini tinggal di US. Rhoma pun kesana dan menemukan bahwa rumah ibunya di Hollywood dan sangat besar. Di pekarangan rumah Rhoma mendengar suara seorang wanita yang memanggil anak dan suaminya.. ," Lourdes! Guy!". Yak ternyata Louis Veronica Ciccone adalah nama asli dari... MADONNA!
ROTFL :DDD
Terus mereka juga punya tokoh kucing jahat dari neraka, namanya Dorahellmon. Ini tokoh suka banget tiba-tiba dateng ke studio, mengacaukan acara. Suaranya doraemon banget, tapi supernyebelin. Dia paling suka nyanyi lagu-lagu plesetan, salah satunya My Boo dari Usher jadi My Babu
Siapa yang mencuci seprei kotor... Babu...
Siapa yang nyuci baju dan kolor...Babu...
Siapa yang bangunin kalo molor...Babu...
Inem kembalilah dari Jember karena 'ku perlu
Babu..Babu..Babu..Babu.....Babu...
Bayangkan suara doraemon menyanyikan lagu itu.. Mmmmppphhh.. hahahhaa. lucu banget.
Sammy dan Ditta sekarang udah gak di MTV Sky, yang kini udah jadi Trax fm. Mereka sebelum cabut dari trax sempet bawain acara Cutting Edge, tapi karena itu jam 10-an saya jadi gak suka dengerin, abisnya lagi sekolah.. Sekarang mereka di GenFM, berhubung saya di Bandung.. Jadi saya gak bisa dengerin mereka. Sammy dan Ditta kini masing-masing telah menikah dan memiliki anak :) Mereka juga punya toko cake didepan RS Pertamina, namanya Parish. Oh iya, banyak yang bilang biasanya announcer tuh gak ada yang cakep. Tapi itu salah besar karena mereka berdua goodlooking! Saya kangen kalian sama kalian berdua Sammy Ditta.. Sammy Bramantyo dan Ditta Wahab, the greatest announcer ever!
Selain dengerin Sammy Ditta, saya juga suka banget dengerin Kemal dan Rivien, mereka siarannya pagi. Nama acaranya Morning Zone. Mereka berdua juga seru loh. Apalagi setiap berangkat pagi saya selalu mendengarkan mereka. Kemal sempet ganti-ganti pasangan, pernah juga sama Indra Bekti, tapi saya gak gitu suka, lebih suka sama Rivien, lebih natural becandaannya. Saya pernah dong on air pagi-pagi nama segmen acaranya ikan cucur, jadi buat curhat anonim gitu. Hahaha. Pokonya saya pernah ngaku suka sama temen SMP saya kasih inisialnya namanya juga. Saya kira gak akan ada yang denger, soalnya itu acaranya pagi banget, kalo gak salah jam 5an. Eh gak taunya pas di sekolah ada yang sadar, "Sar, tadi pagi lo on-air ya di morning zone? Siapa sih cowok itu....". Shiiitttooooo. Hahahahha.
Sampe SMA awal-awal saya masih dengerin trax, sering banget sms saya dibacain, request lagu juga diputerin, terus suka dapet hadiah. Pernah dong dapet voucher New Zealand ice cream beberapa ratus ribu gitu.. Tapi gak sempet saya ambil, abisnya harus diambil sendiri pas jam sekolah sih..
Setelah Kemal akhirnya cabut dari Trax, saya udah mulai males ngederin trax, karena rasanya mulai... Saya rasa saya sudah terlalu tua untuk mendengarkan trax. Trax sangatlah remaja. Sekitaran kelas 2, saya berpindah ke HardrockFM. Nah ini seru juga kalo sore ada Melaney Ricardo sama Iwet Ramadhan. Setiap kali dengerin mereka pasti gak berenti ketawa. Nama acaranya Drive and Jive, emang pas banget nemenin orang pulang kerja (kalo saya sekolah) di mobil. Mereka punya segmen acara buat Carrier Coach dengan Rene Soehardono. Ini nih bagus banget buat motivator saya agar terus semangat merancang masa depan. Inget banget deh setiap sore pulang dari 68 terus les di EF. Rasanya.. sangat HardrockFM. Sekarang Melaney udah cabut ke Trax, Iwet tetep di Hardrock. Mas Topo, supir keluarga saya yang senantiasa mengantar saya juga suka kok dengerin mereka. Tapi sekarang dia GenFM sejati, seneng banget dia ngedengerin Kemal siaran lagi.
Kalo pagi, sambil berangkat sekolah suka dengerin Pandji sama Steny. 2 orang ini sangat lah asik. Gak boong deh.. Obrolan mereka seperti obrolam om-om kantoran yang asik. Tapi sayang banget mereka udah sibuk masing masing.. Pandji sibuk jadi rapper, Steny sibuk ngemce. Sekarang Good Morning Hard Rockers Show diisi sama Iwet dan Rahmah. Sayang sekali Stenji.. Untung Pandji masih di hardrock.. tapi malem siarannya.
Setiap kali di Jakarta, saya selalu merasa di rumah. Itu karena celotehan mereka semua. Sekarang saya masih suka dengerin HardrockFM. GenFM dan Trax kadang-kadang.
Buat semua announcer yang saya sukai diluar sana, walaupun sekarang udah susah buat dengerin kalian lagi.. Good job guys! Kalian pernah menyemangati hari saya.. :)
Saturday, January 9, 2010
Cat Air
Ada cerita panjang mengenai saya dan benda ini. Saya suka sekali menggunakannya, dari kecil.
Waktu itu, saya masih TK dan dari pulang sekolah sampai malam tinggal di rumah eyang saya di Cempaka Putih. Ayah dan Ibu saya bekerja hingga malam hingga saya harus menunggu mereka disana. Waktu itu rumah kami di Jatiwaringin. Kalau mau berangkat sekolah, saya berangkat jam 5 pagi bersama kedua orang tua saya yang berangkat ke kantor.
Hal itu membuat saya sangat dekat dengan eyang kung dan eyang mia (saya memanggil nenek saya begitu) . Saya juga dekat dengan om saya, Om Ari, yang waktu itu masih kuliah di Trisakti. Kalo baru pulang sekolah, saya disuruh tidur siang. Tapi saya paling males, ngapain sih mesti buang-buang waktu tidur siang? Saya lebih suka menyelinap ketika nenek saya sudah tertidur duluan. Lalu saya mengambil banyak kertas dari ruang kerja kakek saya. Saya menggambar sepanjang hari di ruang tv, sendirian. Waktu itu saya cuma punya krayon. Cuma 12 warna, pentel kalo gak salah.
Om saya, suka menggambar, saya suka minta digambarin tokoh-tokoh disney gitu, terus minta difotokopi, lalu diwarnain. Suatu hari ketika om saya lagi gak ada, saya menyelinap ke kamarnya, mau minjem Asterix, lalu saya menemukan sebuah benda, warna warni seperti blush on. Warnanya banyak banget.
Ternyata itu kado ulang tahun saya, itu adalah.... Watercolor cake! Jadi bentuknya padat persis kayak blush on ato eye shadow gitu, kalau mau pake, kuasnya dibasahin pake air dulu, baru di gosok ke warna yang kita mau. Benda itu seperti menghipnotis saya, membuat saya semakin sering kabur dari tidur siang. Setiap hari saya menggambar seperti maniak. Puluhan kertas milik eyang saya gambar. Bentuknya gak jelas, kayak abstrak, tapi.... Satu sama lain sama. Saya sengaja bikin yang sama, untuk dikasih ke temen-temen TK saya (buat apa coba?)
Cat air, media yang asik banget dipake ngegambar. Sampe sekarang saya suka cat air melebihi media apapun. Tapi kalo sekarang saya lebih suka yang di tube ketimbang yang bentuk cake.
Sekian dan terimakasih
:)
Waktu itu, saya masih TK dan dari pulang sekolah sampai malam tinggal di rumah eyang saya di Cempaka Putih. Ayah dan Ibu saya bekerja hingga malam hingga saya harus menunggu mereka disana. Waktu itu rumah kami di Jatiwaringin. Kalau mau berangkat sekolah, saya berangkat jam 5 pagi bersama kedua orang tua saya yang berangkat ke kantor.
Hal itu membuat saya sangat dekat dengan eyang kung dan eyang mia (saya memanggil nenek saya begitu) . Saya juga dekat dengan om saya, Om Ari, yang waktu itu masih kuliah di Trisakti. Kalo baru pulang sekolah, saya disuruh tidur siang. Tapi saya paling males, ngapain sih mesti buang-buang waktu tidur siang? Saya lebih suka menyelinap ketika nenek saya sudah tertidur duluan. Lalu saya mengambil banyak kertas dari ruang kerja kakek saya. Saya menggambar sepanjang hari di ruang tv, sendirian. Waktu itu saya cuma punya krayon. Cuma 12 warna, pentel kalo gak salah.
Om saya, suka menggambar, saya suka minta digambarin tokoh-tokoh disney gitu, terus minta difotokopi, lalu diwarnain. Suatu hari ketika om saya lagi gak ada, saya menyelinap ke kamarnya, mau minjem Asterix, lalu saya menemukan sebuah benda, warna warni seperti blush on. Warnanya banyak banget.
Ternyata itu kado ulang tahun saya, itu adalah.... Watercolor cake! Jadi bentuknya padat persis kayak blush on ato eye shadow gitu, kalau mau pake, kuasnya dibasahin pake air dulu, baru di gosok ke warna yang kita mau. Benda itu seperti menghipnotis saya, membuat saya semakin sering kabur dari tidur siang. Setiap hari saya menggambar seperti maniak. Puluhan kertas milik eyang saya gambar. Bentuknya gak jelas, kayak abstrak, tapi.... Satu sama lain sama. Saya sengaja bikin yang sama, untuk dikasih ke temen-temen TK saya (buat apa coba?)
Cat air, media yang asik banget dipake ngegambar. Sampe sekarang saya suka cat air melebihi media apapun. Tapi kalo sekarang saya lebih suka yang di tube ketimbang yang bentuk cake.
Sekian dan terimakasih
:)
Masalah Takdir
Mau cerita sedikit tentang apa yang disebut takdir dan nasib.
Waktu kelas saya suka ikut lomba menggambar dan mewarnai, etc. Suatu hari, saya ikutan lomba yang mewarnai yang skalanya nasional gitu. Awalnya saya cuma ngedaftar dari sekolah (SD Al-Azhar Kemang Pratama, Bekasi) disuruh ngewarnain 1 buku cerita dari panitia, lalu yang lolos baru bisa ikut babak finalnya. Ternyata saya lolos ke babak itu, lomba finalnya dilaksanakan di Perpustakaan Nasional. Sangat jauh dari rumah saya yang dulu di Bekasi itu.
Habis selesai lomba saya ke Pasar Senen sama ibu saya. Lalu ada pengemis, saya bilang ke ibu saya, "Mama kasian itu pengemisnya, dikasih dong..". Lalu ibu saya memberikan saya uang ujtuk diberikan kepada orang itu.
Cerita punya cerita, saya menang juara 1 buat kategori anak SD, tapi saya pulang gitu aja sebelum pengumuman pemenang, sengaja, saya gak suka kegagalan. Padahal kalo ada disitu, saya bisa maju ke panggung terus diwawancara KRUCIL. Hehehe. Kata ibu saya kemenangan itu berkat pengemis tadi :)
Tahun demi tahun berlalu, hingga saya memasuki umur remaja mencari SMA. Sebuah hal yang aneh terjadi, semua diluar perkiraan, saya masuk ke SMA yang saya gak tau ada dimana. Berbeda dengan keinginan saya untuk masuk SMA unggulan se-Jakarta itu. Saya nyasar di pilihan ke-2, SMA 68. Padahal waktu itu saya udah bayar uang pangkal Alpus 1. Waktu itu saya bingung banget, karena 2 pilihan ini. Ayah saya bilang, "Papa tau kok itu SMA-nya (SMA 68), kata teman Papa bagus kok..". Lalu kami pun meluncur kesana. Letaknya di Salemba. Dan.... Ternyata....... Lokasinya cuma beda 2 gedung dari Perpustakaan Nasional.
Lalu saya tanya kepada Allah dalam doa saya, dan akhirnya saya yakin. Saya akan sekolah di SMA 68, sudah pernah ada friksi antara Kami. Mengingat lomba masa kecil itu, rasanya seperti petunjuk.
Selulus dari sana, saya kuliah di FSRD ITB. Suatu hari, saya pergi dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya ke Galeri Nasional untuk menghadiri Pameran Tisna Sanjaya (dosen studio saya sekarang, seni grafis, bukan desain grafis lho, itu sangat berbeda). Lalu bus kami (Bus ITB) melewati Salemba, SMA saya dan Perpustakaan Nasional. Sebuah takdir yang telah direncanakan Tuhan diatas sana.
Selama 3 tahun sekolah di 68 saya belom pernah masuk ke Perpusnas :p
Waktu kelas saya suka ikut lomba menggambar dan mewarnai, etc. Suatu hari, saya ikutan lomba yang mewarnai yang skalanya nasional gitu. Awalnya saya cuma ngedaftar dari sekolah (SD Al-Azhar Kemang Pratama, Bekasi) disuruh ngewarnain 1 buku cerita dari panitia, lalu yang lolos baru bisa ikut babak finalnya. Ternyata saya lolos ke babak itu, lomba finalnya dilaksanakan di Perpustakaan Nasional. Sangat jauh dari rumah saya yang dulu di Bekasi itu.
Habis selesai lomba saya ke Pasar Senen sama ibu saya. Lalu ada pengemis, saya bilang ke ibu saya, "Mama kasian itu pengemisnya, dikasih dong..". Lalu ibu saya memberikan saya uang ujtuk diberikan kepada orang itu.
Cerita punya cerita, saya menang juara 1 buat kategori anak SD, tapi saya pulang gitu aja sebelum pengumuman pemenang, sengaja, saya gak suka kegagalan. Padahal kalo ada disitu, saya bisa maju ke panggung terus diwawancara KRUCIL. Hehehe. Kata ibu saya kemenangan itu berkat pengemis tadi :)
Tahun demi tahun berlalu, hingga saya memasuki umur remaja mencari SMA. Sebuah hal yang aneh terjadi, semua diluar perkiraan, saya masuk ke SMA yang saya gak tau ada dimana. Berbeda dengan keinginan saya untuk masuk SMA unggulan se-Jakarta itu. Saya nyasar di pilihan ke-2, SMA 68. Padahal waktu itu saya udah bayar uang pangkal Alpus 1. Waktu itu saya bingung banget, karena 2 pilihan ini. Ayah saya bilang, "Papa tau kok itu SMA-nya (SMA 68), kata teman Papa bagus kok..". Lalu kami pun meluncur kesana. Letaknya di Salemba. Dan.... Ternyata....... Lokasinya cuma beda 2 gedung dari Perpustakaan Nasional.
Lalu saya tanya kepada Allah dalam doa saya, dan akhirnya saya yakin. Saya akan sekolah di SMA 68, sudah pernah ada friksi antara Kami. Mengingat lomba masa kecil itu, rasanya seperti petunjuk.
Selulus dari sana, saya kuliah di FSRD ITB. Suatu hari, saya pergi dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya ke Galeri Nasional untuk menghadiri Pameran Tisna Sanjaya (dosen studio saya sekarang, seni grafis, bukan desain grafis lho, itu sangat berbeda). Lalu bus kami (Bus ITB) melewati Salemba, SMA saya dan Perpustakaan Nasional. Sebuah takdir yang telah direncanakan Tuhan diatas sana.
Selama 3 tahun sekolah di 68 saya belom pernah masuk ke Perpusnas :p
Sunday, January 3, 2010
Saturday, January 2, 2010
2010
Woohoo
Sekarang sudah 2010, kawan-kawan. Tahun ini umur saya 20. Kamu tahu bagaimana saya melewatkan malam tahun baru saya? Bukan di rumah seperti tahun-tahun lalu. Tapi di Kosan. Bukan di Jakarta yang nyaman dengan keluarga tersayang serta makanan-makanan enak. Tapi di Bandung dengan gak punya persediaan makanan, hanya soyjoy, silverqueen bites, dan buavita orange (itu juga belinya di minimarket seberang komplek kosan, namanya RDN). Sebenernya saya beli makan malam, berupa mie goreng pinggir jalan depan komplek, tapi entah kenapa males makan malam itu.
Hari itu, paginya sepupu-sepupu saya yang sedang bertandang ke Bandung pengen diajak main, sudahlah saya ajak mereka ke kebun binatang Bandung yang deket kampus. Caca dan Kayla terlihat begitu senang :) Saya tunjukan hamster seukuran kambing kepada mereka, yak betul itu adalah KAPIBARA. Sebenernya mereka ke Bandung bukan gak beralasan, Mama, Papa, Raihan, Tante, Om, Caca dan Kayla mau liat pameran saya yang waktu itu. Kami kesana, Caca seneng banget, seharian dipegangnya tangan saya, "Aku mau di sebelah Teteh..". Lalu mereka pulang ke Jakarta dan saya ke kampus.
Saya pulang ke kosan cukup malam. Saya pulang dari kampus setelah habis bikin tugas kertas seni di studio lukis, sendirian, dari siang. Hello, it's a holiday. Jarang banget yang ke kampus. Tapi mau bagaimana lagi, it's a must. Akhirnya saya memutuskan pulang juga karena temen saya si Ganjar yang lagi bikin lukisan untuk mata kuliah seni lukis pilihan mau pulang. Studio Lukis serem cing! Masa saya mesti ketakutan sendirian.
Pulang naik angkot, Dago merayap. Di angkot ada seorang bapak bersama istri dan anak laki-lakinya yang masih kecil. Anaknya minta dibelikan terompet dari penjaja di lampu merah. Harganya hanya 6000 rupiah, namun sang bapak berpikiran itu terlalu mahal. Si anak memintanya lagi, lalu ibunya dengan logat Sunda yang kental berkata, " Udah atuh pak, dibelikan sajah..". Si Anaknya pun tersenyum sambil meniup terompet barunya. Mereka hidup pas-pasan sepertinya tapi bahagia kan kalau merayakannya bersama keluarga? Bahkan hanya di dalam angkot di tengah kemacetan.
Sesampainya di kosan, saya tertidur pulas, hari ini terasa melelahkan sekali, sama seperti hari-hari kuliah biasa, tidak seperti hari libur. Yak saya tidur, dan tiba-tiba terbangun dengan TV yang masih menyala.. Artis di tv memulai hitungan mundur. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1. Selamat Tahun Baru 2010! Letupan kembang api terdengar bak bom molotov. Pasti langit Bandung jadi bagus, tapi bahkan saya terlalu lemas untuk berjingkat keluar dan melihatnya.
2009 ini bagi saya berarti banyak sekali, bukan lagi mahasiswa tingkat 1 yang harus pintar-pintar bagi waktu untuk akademik dan non-akademik. Mahasiswa tingkat 1 yang harus selalu berada dalam kelompok besar, komunitas, dll. Tapi menjadi mahasiswa tingkat 2 yang cukup soliter dan senantiasa mengerjakan karya. Gak sempet deh mikirin punya pacar kayak resolusi tahun lalu. Tapi ya memang belum saatnya.
Terimakasih 2009 mengajarkan saya bahwa semakin lama saya semakin dewasa, banyak hal yang harus saya tanggung sendiri. Bersama keluarga di hari gembira memang akan sangat menyenangkan, tapi sendirian dan tahu yang kamu lakukan ini adalah bentuk tanggung jawab kepada mereka adalah pelajaran baru dalam hidup.
Terimakasih 2009 untuk membuat saya menjadi orang yang mandiri tanpa bergantung pada orang lain. Saya sering menghadapinya sendiri, saya tidak ingin merepotkan yang jauh di Jakarta. Saya sadar ini adalah pembelajaran kemandirian untuk mahasiswa tingkat 2.
Saya mau bersama mereka, tapi apa mau dikata. Kita semakin dewasa dan sadar kalau kita harus sendiri menghadapi hidup kan? Dan mereka adalah tempat untuk selalu berpulang dengan tangan terbuka untuk kita yang berpeluh lelah. Hidup semakin rumit, pilihan hidup menggiring kita kepada kemandirian. Pilihan hidup membuat saya sadar akan tantangan di depan tidak akan cukup dilawan hanya dengan perbekalan pas-pasan, namun juga pengorbanan untuk kesenangan.
Heavy New Year!
Sekarang sudah 2010, kawan-kawan. Tahun ini umur saya 20. Kamu tahu bagaimana saya melewatkan malam tahun baru saya? Bukan di rumah seperti tahun-tahun lalu. Tapi di Kosan. Bukan di Jakarta yang nyaman dengan keluarga tersayang serta makanan-makanan enak. Tapi di Bandung dengan gak punya persediaan makanan, hanya soyjoy, silverqueen bites, dan buavita orange (itu juga belinya di minimarket seberang komplek kosan, namanya RDN). Sebenernya saya beli makan malam, berupa mie goreng pinggir jalan depan komplek, tapi entah kenapa males makan malam itu.
Hari itu, paginya sepupu-sepupu saya yang sedang bertandang ke Bandung pengen diajak main, sudahlah saya ajak mereka ke kebun binatang Bandung yang deket kampus. Caca dan Kayla terlihat begitu senang :) Saya tunjukan hamster seukuran kambing kepada mereka, yak betul itu adalah KAPIBARA. Sebenernya mereka ke Bandung bukan gak beralasan, Mama, Papa, Raihan, Tante, Om, Caca dan Kayla mau liat pameran saya yang waktu itu. Kami kesana, Caca seneng banget, seharian dipegangnya tangan saya, "Aku mau di sebelah Teteh..". Lalu mereka pulang ke Jakarta dan saya ke kampus.
Saya pulang ke kosan cukup malam. Saya pulang dari kampus setelah habis bikin tugas kertas seni di studio lukis, sendirian, dari siang. Hello, it's a holiday. Jarang banget yang ke kampus. Tapi mau bagaimana lagi, it's a must. Akhirnya saya memutuskan pulang juga karena temen saya si Ganjar yang lagi bikin lukisan untuk mata kuliah seni lukis pilihan mau pulang. Studio Lukis serem cing! Masa saya mesti ketakutan sendirian.
Pulang naik angkot, Dago merayap. Di angkot ada seorang bapak bersama istri dan anak laki-lakinya yang masih kecil. Anaknya minta dibelikan terompet dari penjaja di lampu merah. Harganya hanya 6000 rupiah, namun sang bapak berpikiran itu terlalu mahal. Si anak memintanya lagi, lalu ibunya dengan logat Sunda yang kental berkata, " Udah atuh pak, dibelikan sajah..". Si Anaknya pun tersenyum sambil meniup terompet barunya. Mereka hidup pas-pasan sepertinya tapi bahagia kan kalau merayakannya bersama keluarga? Bahkan hanya di dalam angkot di tengah kemacetan.
Sesampainya di kosan, saya tertidur pulas, hari ini terasa melelahkan sekali, sama seperti hari-hari kuliah biasa, tidak seperti hari libur. Yak saya tidur, dan tiba-tiba terbangun dengan TV yang masih menyala.. Artis di tv memulai hitungan mundur. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1. Selamat Tahun Baru 2010! Letupan kembang api terdengar bak bom molotov. Pasti langit Bandung jadi bagus, tapi bahkan saya terlalu lemas untuk berjingkat keluar dan melihatnya.
2009 ini bagi saya berarti banyak sekali, bukan lagi mahasiswa tingkat 1 yang harus pintar-pintar bagi waktu untuk akademik dan non-akademik. Mahasiswa tingkat 1 yang harus selalu berada dalam kelompok besar, komunitas, dll. Tapi menjadi mahasiswa tingkat 2 yang cukup soliter dan senantiasa mengerjakan karya. Gak sempet deh mikirin punya pacar kayak resolusi tahun lalu. Tapi ya memang belum saatnya.
Terimakasih 2009 mengajarkan saya bahwa semakin lama saya semakin dewasa, banyak hal yang harus saya tanggung sendiri. Bersama keluarga di hari gembira memang akan sangat menyenangkan, tapi sendirian dan tahu yang kamu lakukan ini adalah bentuk tanggung jawab kepada mereka adalah pelajaran baru dalam hidup.
Terimakasih 2009 untuk membuat saya menjadi orang yang mandiri tanpa bergantung pada orang lain. Saya sering menghadapinya sendiri, saya tidak ingin merepotkan yang jauh di Jakarta. Saya sadar ini adalah pembelajaran kemandirian untuk mahasiswa tingkat 2.
Saya mau bersama mereka, tapi apa mau dikata. Kita semakin dewasa dan sadar kalau kita harus sendiri menghadapi hidup kan? Dan mereka adalah tempat untuk selalu berpulang dengan tangan terbuka untuk kita yang berpeluh lelah. Hidup semakin rumit, pilihan hidup menggiring kita kepada kemandirian. Pilihan hidup membuat saya sadar akan tantangan di depan tidak akan cukup dilawan hanya dengan perbekalan pas-pasan, namun juga pengorbanan untuk kesenangan.
Heavy New Year!
Subscribe to:
Posts (Atom)